Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah

Tafsir Al-Anbiya Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie.

Tangan untuk apa, kaki untuk berjalan ke mana, telinga untuk mendengarkan apa, mata untuk melihat apa... dst.

Jika dia diberi ilmu, maka sadar bagaimana menyampaikan. Jika dia diberi harta, maka untuk apa dan kepada siapa harus disedekahkan, berapa, dan kapan.

Jika dia diberi jabatan, maka dipandangnya sebagai amanah yang mesti ditunaikan sebaik-baiknya. Bukan dipandang sebagai rezeki atau peluang meraup kekayaan.

Abu Bakar R.A. yang diangkat sebagai khalifah, pengganti Rasulillah SAW, secara aklamasi dan tidak mencalonkan diri pergi ke pasar dengan membawa dagangan setelah kemarinnya baru saja dilantik.

Pagi itu, Abdurrahman ibn Auf dan Umar ibn al-khattab berjalan-jalan dan berpapasan dengan khalifah baru.

Mereka bertanya: "Mau ke mana tuan khalifah?"

Abu Bakr menjawab: "Ke pasar, seperti biasa."

Lalu mereka berkata: "Sebaiknya tuan khalifah pulang saja dan mengurus umat."

Sang khalifah menatap tajam kepada keduanya dan berkata: "Lalu, yang memberi makan keluarga saya siapa? Dan justru ini kewajiban saya yang utama."

Keduanya, Ibn Auf an ibn al-Khattab berunding dan memutuskan memberi gaji kepada khalifah yang diambilkan dari Baitul Mal.

Abu Bakr R.A. adalah khalifah pertama yang mendapat gaji dan menerima karena butuh. Meski tidak punya tanah ribuan hektare, Abu Bakr R.A. sesungguhnya saudagar yang kaya, tetapi hartanya habis-habis disedekahkan, demi agama.

Pernah ada pengumuman perang dan dia mensedekahkan hartanya total, sehingga Rasulullah SAW terkagum-kagum saat mendengar jabawan dari pertanyaan yang dimajukan kepadanya: Apa yang tersisa di rumahmu wahai Aba Bakr?"

Yang segera dijawab: "Hanya Allah dan Rasul-Nya ada di sana."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO