Dalam sebuah diskusi soal pola pikir dulur-dulur Muhammadiyah tentang hilal ini, pernah penulis lontarkan pertanyaan: INI DINAMIKA IJTIHAD atu INKONSISTENSI PEMIKIRAN..?.
Beda, kalau NU sejak dulu, baik sedang berkuasa atau tidak berkuasa, selalu pakai Rukyah. Sementara Muhammadiyah, saat berkuasa dulu pakai Rukyah. Saat ini, tidak.
Demi maslahah umat, gimana kalau podo ngalahe sehingga bisa kompromi. Ibarat jual beli dan amrih dadine, yang atas turun dan yang bawah naik.
Contoh, hilal minimal satu derajat … atau..? Bisa dirukyah atau tidak..
Perkoro dalil sama-sama punya. Perkoro argumen juga sama-sama punya.
Hanya orang bijak yang bisa mengedepankan masalah ammah, mengenyampingkan ego sektoralnya.
Apa pun adanya, sesama mukmin adalah saudara dan al-Faqir tetap berucap :
تقبل الله منا ومنكم الصيام والقيام وجعلنا من العائدين الفائزين
والله معكم
Dr KH Ahmad Musta'in Syafi'ie, pengasuh rubrik Tafsir Al Quran Aktual HARIAN BANGSA dan pengajar di Madrasatul Quran Tebuireng Jombang Jawa Timur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News