Tafsir Al-Kahfi 45: Dunia Itu Kayak Air | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Kahfi 45: Dunia Itu Kayak Air

Editor: Redaksi
Selasa, 22 Desember 2020 22:32 WIB

Ilustrasi.

Ketiga, air itu mudah menguap. Maka begitu halnya dunia. Keberkahan dunia justru karena diinfaqkan di jalan Tuhan. Jika dunia hanya untuk kehidupan dunia, bersenang-senang dan menuruti nafsu, maka itu kesirnaan cepat datang. Entah dunianya atau penggunanya.

Keempat, sifat alami air itu basah, maka tidak satu pun manusia atau benda yang masuk di dalamnya kecuali ikut basah. Maka begitulah dunia. Siapa pun yang terjerat masuk di dalamnya, maka akan terkena fitnah dan tertimpa bahayanya.

Kelima, Allah SWT menurunkan air hujan itu sangat terukur (bi qadar), lalu bermanfaat dan produktif. Kelebihan air atau kekurangan, maka tanaman menjadi rusak. Begitu halnya dunia. Jika digunakan secara benar dan terukur, maka nikmat dirasakan dan bermanfaat. Tapi jika digunakan secara berlebihan, maka justru menghancurkan. Sama ketika kurang, maka kering jadinya.

"..wa kan Allah 'ala kull syai' muqtadira". Penutup ayat ini menakutkan, di mana Tuhan memamerkan kekuasaan-Nya yang sangat dahsyat, muqtadira. Artinya, Tuhan mewanti-wanti agar umat manusia tidak pongah dengan gelimang hartanya. Sama sekali tidak ada kesulitan bagi-Nya, mau membinasakan kekayaan dalam sekejap atau memberikan dalam sekejap.

Nabi Dawud A.S. meski seorang nabi, beliau terkenal sebagai pekerja keras. Perajin baju besi yang handal dan tak ada duanya. Meski begitu, bisa diperkirakan berapa penghasilannya sehari. Yang pasti adalah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan tidak mewah.

Kerja sambil berpuasa silang. Sehari puasa dan sehari berikutnya tidak. Lalu dikenal dengan puasa Dawud. Rasulullah SAW memujinya sebagai puasa sunnah yang terbaik. Puasa ini sakti dan terbukti fadilahnya. Tidak saja untuk dirinya, melainkan manfaat buat anaknya. Lihat, dialah nabi Sulaiman A.S., putranya yang kaya raya, penguasa alam manusia, binatang, dan jin.

Tapi Sulaiman A.S. memanfaatkan apa yang dimiliki secara total untuk agama dan alam. Hingga ikan di laut pun maunya diberi makan. Sulaiman juga membatasi diri dan memohon kepada Allah SWT agar hanya dia saja yang dianugerahi limpahan kelebihan macam ini. Anak keturunannya tidak. Barang kali khawatir tidak kuat ujian kemewahan. Maka, sepeninggal beliau tak ada yang mewarisi, (Shad:35).

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video