Tafsir Al-Isra 105-106: Teori Tafriq dan Tanjim | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Isra 105-106: Teori Tafriq dan Tanjim

Editor: Redaksi
Selasa, 28 April 2020 01:43 WIB

Ilustrasi

Kata "ANZALA, anzalna" dalam al-qur'an hanya dipakai bentuk fi'ilnya saja. Sedangkan bentul masdarnya (INZAL) tidak dipakai. Pertama, karena kata "INZAL" dalam budaya arab konotasinya agak jorok, yaitu keluar air mani atau orgasme. Mereka sudah pakai ideon itu dan lumrah. Makanya, al-Qur'an menghindari ideom itu agar tidak menimbulkan persepsi negatif.

Kedua, makna "anzalna" adalah turun sekaligus. Untuk ini, konotasinya adalah penuzulan al-Qur'an tahap pertama, yaitu dari Lauh Mahfud ke al-Sama' al-Dun-ya, langit terdekat dengan bumi kita. Sifat turun ini disinyalir turun total dan sekaligus, dikonsentrasikan di markasnya, yaitu BAIT AL-IZZAH. Di sono.

Nah, dari bait al-izzah yang secara geografis lebih dekat dengan bumi, lalu al-qur'an dirurunkan ke bumi, ke umat manusia sesuai konteks dan kebutuhan. Turun secara acak dan tidak teratur, kadang surat "A" turun sebagian, lalu ganti surat "B", ganti sebagian surat "C" dan seterusnya, lalu balik lagi melengkapi surat "A" misalnya. Inilah yang dimaksud turun acak, tidak teratur, tidak urut, atau NAZZALA, NAZZALNA, TANZIL. Semua terma ini dipakai dalam al-qur'an, karena aman dari persepsi tradisi. Sekali lagi, "Nazzala, tanzil" itu lebih kepada turun sedikit demi sedikit, bukan keseluruhan dan sekaligus.

Turun berangsur, sedikit demi sedikit ini namanya pola "TANJIM" dan turun sekaligus itu namanya pola "JUMLAH WAHIDAH". Sedangkan sifat turun yang acak, tidak tertib, tidak urut per surat itu namanya pola "TAFRIQ". Nah, ayat kaji ini (106) menegaskan adanya pola tafriq di atas. Tujuannya?

Pertama, "Litaqra'ah 'ala al-nas 'ala mukts", agar dibaca dengan mantap. Kata "mukts" (mantap, diam, landing) bisa diartikan bacaan berorientasi fonetik, seperti fasih dan tartil dan bisa diorientasikan ke hati nurani, jiwa, sehingga berartikan bacaan al-qur'an yang meresap dalam jiwa, meski tak fasih.

Kedua, "wa nazzalnah tanzila", agar bisa diturunkan tepat waktu dan sasaran. Arah tanzil ini adalah penataan hukum, panduan hidup, bimbingan perilaku yang lebih bagus. Untuk itu, turunnya sedikit demi sedikit dan tidak monoton, melainkan mengikuti sifat problem yang terjadi di kalangan umat.

Di sini fungsi edukasi menjadi penting, termasuk konseling dan tausiah, memberikan jalan keluar. Sedangkan "nuzul" (turun) itu untuk membahasakan turunnya al-Qur'an tersebut apapun sifatnya. Allah a'lam. 

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video