Tafsir Al-Isra 101: Sembilan Ayat Sakti di Tangan Musa A.S. | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Isra 101: Sembilan Ayat Sakti di Tangan Musa A.S.

Editor: Redaksi
Minggu, 26 April 2020 01:25 WIB

Ilustrasi

Versi lain dari sembilan ayat di atas adalah tanda kebesaran Allah secara fisik, bukan ayat-ayat suci. Yakni, nabi Musa diberi "al-'asha", mukjizat berupa tongkat sakti, bisa berubah menjadi ular, bisa untuk membelah lautan dan bisa untuk memancarkan air mineral. Tangan (al-yad), dari tangan itu keluar cahaya menyilaukan. Lisan yang cadel tapi hebat.

Laut yang tunduk terbelah menjadi jalan lintas, Taufan (angin ribut disertai cuaca sangat buruk), belalang (al-jarad) yang mewabah, ulat-ulat kecil (al-qummal) di makanan, di dalam buah dan lain-lain, kodok (al-dhafadli') ada di mana-mana, dan darah (al-dam) ada begitu saja nan menggenang tanda diketahui datangnya. Dari topan dan seterusnya lebih merupakan azab bagi mereka. Dua tafsiran di atas saling melengkapi eksistensi mukjizat nabi Musa A.S., fisis dan non fisis.

Makna, "fa is'al bani isra'il idz ja'ahum". Tanyakan kepada bani Israel ketika dia datang kepada mereka". Arah ayat kaji ini menunjuk keseriusan Tuhan membuktikan kebenaran agama islam, kebenaran Muhammad SAW sebagai nabi sungguhan, kebenaran al-qur'an adalah wahyu yang diturunkan. Hingga makna potongan ayat di atas membias.

Kata "idz ja'a hum" (datang) dengan subyek dlamir yang kembali ke Musa. Apakah ini kisah masa lalu, zaman Musa dan Fir'aun dulu. Toh masyarakat Bani Israel yang waktu itu menyaksikan dialog Musa versus Fir'aun juga sudah mati. Bagaimana cara bertanyanya?

Jadi, al-qur'an mengembalikan data ini ke kalangan mereka sendiri. Tanyakan kepada sejaran kalian sendiri, apa yang terjadi ketika Musa memberi tausiah kepada Bani Israel dulu dengan materi sembilan ayat. Benar atau tidak dan bagaimana cemooh Firaun terhadap Musa? Atau, benarkah ada sembilan tanda kebesaran Allah yang bersifat fisik dan merupakan azab atas kedurhakaan mereka? Benar atau tidak.

Artinya, jika kalian membenarkan, maka beriman lah seperti nenek moyangmu yang beriman. Tapi jika kalian tidak membenarkan dan bahkan menuduh Musa sebagai penyihir, maka sama saja antara anda dengan Fir'aun.

Kata "mashura" bisa bermakna penyihir dengan memahami pola "ma'ul" bima'na "fa'il" dan bisa diartikan apa adanya, "disihir", bentuk maf'ul biasa. Artinya orang yang disihir, terkena santet, tidak waras hingga omongannya glambyar. 

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video