JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menyampaikan ide tak lasim alias kontroversial. Tokoh HMI yang akrab dipanggil Gus Yahya itu mengusulkan madrasah bisa menerima murid-murid nonmuslim.
Menurut dia, ide itu bagian dari reformasi madrasah. Gus Yahya menekankan bahwa reformasi madrasah harus mengusung semangat integrasi.
BACA JUGA:
- Ghibah Politik Ramadhan: Menyoal PBNU tentang Politik Dinasti dan Misi Gus Dur
- Terlibat Tim Sukses, PBNU Nonaktifkan 64 Pengurus: Habib Luthfi, Khofifah, Yenny Wahid
- Ketum PBNU Didesak Klarifikasi soal Konsesi Tambang dan Dukungan pada Prabowo-Gibran
- PWNU-PCNU Akui, Jika Dukung Prabowo-Gibran Tak Ada Landasan Fiqh dan Tak Ada Bau NU
“Saya berpikir bagaimana madrasah-madrasah ini bisa menerima murid dari agama lain,” kata Gus Yahya dalam acara pembukaan forum konsinyasi Madrasah Reform yang digelar Ditjen Pendidikan Islam Kemegag, Senin (3/4/2023) malam.
Dilansir Jawa Pos, Gus Yahya di hadapan aparatur Ditjen Pendidikan Islam Kemenag mengatakan bahwa madrasah merupakan lembaga pendidikan keagamaan khas Islam yang sudah lama ada. Madrasah tumbuh dari masa ke masa. Termasuk tumbuh di tengah masyarakat yang heterogen.
Gus Yahya mengatakan, kesempatan madrasah menerima siswa dari kalangan nonmuslim secara teknis bisa diatur lebih lanjut oleh pemerintah. Menurut dia, semangatnya adalah bangsa Indonesia saat ini berada dalam kondisi superheterogeneity.
Kakak kandung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas itu menilai bahwa sistem pendidikan keagamaan, termasuk di madrasah, saat ini justru terkesan memisah-misahkan peserta didik berdasar identitas agama.
“Jika sekarang anak-anak kita sejak kecil, sejak dini, sudah kita pisah-pisahkan berdasar identitas (agama), kalau tua kok disuruh rukun. Itu ya susah,” katanya.