Hadir juga Ketua PC Muslimat NU Kota Surabaya, Nyai Hj Lilik Fadilah, Wakil Ketua Muslimat PCNU Surabaya Nyai Hj Masfufah Hasyim dan para ibu nyai yang lain.
Menurut Kiai Asep, munajat ini akan terus dilakukan. “Setiap minggu dua kali. Malam Senin nanti di Surabaya sekalian aqiqah cucu saya,” tegasnya sembari menegaskan bahwa tempatnya akan bergantian antara di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Mojokerto. Kiai Asep memang pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto.
Kiai Asep sangat aktif memoblisasi para kiai untuk munajat kepada Allah SWT karena virus corona di Jawa Timur masih merajalela. Menurut Kiai Asep, covid-19 cukup tinggi karena masyarakat banyak tidak mematuhi protokol kesehatan.
“Banyak yang gak pakai masker. Menurut temuan Fakultas Kesehatan Masyarakat (Unair), 70 persen masyarakat Surabaya Raya tidak pakai masker dan 84 persen tidak melakukan phisycal distancing,” tegas Kiai Asep.
Mendengar wejangan Kiai Asep itu, beberapa kiai yang ikut salat malam langsung memperbaiki letak maskernya.
Kiai Asep kembali mengingatkan Walikota Surabaya Tri Rismaharini tentang pentingnya bagi-bagi masker secara gratis. “Mungkin Bu Risma (Wali Kota Surabaya) tak sampai mikir ke situ, seharusnya para stafnya yang melakukan bagi-bagi masker secara gratis. Kalau jumlah warga Surabaya kan cuma Rop 9 miliar,” katanya sembari mengatakan bahwa harga masker Rp 3.000.
Acara salat malam itu selain diikuti para ulama dari tujuh daerah zona merah juga diikuti para ustadz dan satri Amanatul Ummah. Namun karena untuk menjaga jarak, para ustadz dan santri itu ditempatkan di teras masjid bagian kanan dan kiri. “Lurus tapi jarang,” kata Kiai Asep mengomando para jemaah salat malam. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News