"Saya ambil contoh misalnya Bangkalan, Bangkalan ini tercatat PDP-nya 34, tetapi OTG nya sudah 708. Jadi artinya bahwa OTG yang tinggi jika tidak segera di-rapid test kalau reaktif tidak segera di-swab, maka ada kekhawatiran dia tanpa gejala tapi dia carrier, maka potensi menyebarkan atau menularkan virus covid-19. Hal ini juga terjadi di Tulungagung, dan daerah lainnya," jelasnya.
Oleh karena itu, imbuh Khofifah, saat ini antara PDP dan OTG sama-sama berisiko tinggi. Karenanya, tim teknis yang diturunkan ke daerah adalah dengan formasi lengkap sebagai upaya untuk mencegah sampai tahapan menghentikan penyebaran covid19 di Jawa Timur.
"Kami memutuskan untuk turun bersama tim lengkap dengan komponen dokter, analis, dan perawat. Serta menyediakan rapid test, Virus Transport Medium (VTM), dan cartridge-nya. Sedangkan, petugas pengambil swab disiapkan dari kabupaten/kota," terang orang nomor satu di Pemprov Jatim ini.
Gubernur Khofifah berharap, upaya Pemprov ini mendapat dukungan dari bupati dan wali kota daerah-daerah tersebut. Sehingga kebersamaan dan sinergi yang terbentuk benar-benar dapat signifikan menekan bahkan menghentikan penyebaran Covid-19 di Jawa Timur.
"Karena itu saya mohon kepada para bupati atau wali kota untuk bisa bersinergi, bersama dan terus bergotong royong. Sehingga, percepatan memutus mata rantai Covid-19 bisa kita lakukan bersama sama," pungkasnya.
Sementara itu Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim dr Kohar Hari Santoso menjelaskan Tim Covid-19 Hunter menjadi bagian dari tracing penderita Covid-19. Apabila setelah dilakukan tracing Tim Covid-19 Hunter angka penderita Covid-19 bertambah, maka masyarakat diminta tidak heran.
"Dengan semakin banyaknya yang terdeteksi oleh Tim Covid-19 Hunter, maka akan diketahui titik mana yang perlu dilakukan observasi dan mana yang butuh isolasi sampai dengan layanan berbasis rumah sakit. Tujuannya penyebaran covid-19 segera putus mata rantainya," katanya. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News