"Oleh karena itu, jika tidak siap dari sekarang maka pada tahun 2035 akan impor. Di mana jika kita tidak dapat mengendalikan impor dan inflasi serta suku bunga kita akan turun. Hal ini hukum ekonomi berlaku, supply and demand," tuturnya.
Melihat potensi lahan yang besar di Madura sekitar 300.000 hektare jika produksinya rata-rata 7 ton per hektare, maka akan ada 2.100.000 ton jagung per panen.
Ia lalu merinci, jika 1 tahun 3 kali panen maka ada 6 juta ton per tahun sehingga asumsinya ada 17,5 ribu ton per hari. Jika Madura menjadi sentra jagung, maka akan ada 3.500 kendaraan yang mengangkut jagung.
"Sehingga kalau itu menjadi kenyataan, akan banyak gudang jagung, tenaga kerja, lapangan pekerjaan, baik untuk pengelohan, akan luar biasa peningkatan ekonomi," ucapnya.
Sementara Bupati Bangkalan R. Abdul Latif Imron Amin mengaku tanaman jagung di Bangkalan saat ini 30 persen jagung hibrida sedangkan 70 persen baru jagung lokal. "Hibrida memang memiliki kualitas yang lebih baik, walaupun di daerah lain belum banyak yang memilih menanam jagung hibrida," ujarnya.
Namun inovasi UTM ini perlu perhatian khusus agar dapat berkembang di masyarakat Bangkalan. Pemkab Bangkalan akan mensupport UTM untuk terus berinovasi mengembangkan jagung hibrida Madura 3. (uzi/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News