Manajemen JFC Minta Maaf Kepada Masyarakat Jember Pasca Polemik Busana, Pemkab Siapkan Regulasi

Manajemen JFC Minta Maaf Kepada Masyarakat Jember Pasca Polemik Busana, Pemkab Siapkan Regulasi Pertemuan antara MUI, Forkopimda Jember, dan Manajemen JFC.

JEMBER, BANGSAONLINE.com – Manajemen Jember Fashion Carnaval (JFC) akhirnya meminta maaf atas polemik yang timbul pasca pelaksanaan acara tersebut, Ahad (4/8) lalu. Permintaan maaf itu disampaikan dalam pertemuan mediasi antara MUI Jember beserta para tokoh ulama, juga jajaran Forkopimda, Selasa (6/8).

Bupati Jember Faida sebagai penanggung jawab, juga turut meminta maaf. Menurutnya, apa yang terjadi pada gelaran Grand Carnaval JFC ke-18, Ahad (4/8/2019) kemarin, merupakan keteledoran dari panitia penyelenggara. Sehingga ada tampilan busana yang dinilai terlalu mengumbar aurat.

“Dalam sebuah perjalanan dalam jangka waktu 18 tahun, itu masih baru. Sehingga (ibaratnya) ban bocor. Jadi dengan adanya persoalan ini (polemik mengenai busana dan penampilan para talent) menjadi koreksi,” ujar CEO JFC Suyanto usai pertemuan mediasi di Pendapa Wahyawibawagraha, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa (6/8/2019) sore.

Suyanto mengakui ada sebuah keteledoran mengenai adanya busana yang dinilai terlalu menunjukkan aurat. “Sehingga ke depannya menjadi lebih baik, dan tentunya dengan mempertimbangkan berbagai hal. Karena bagaimanapun juga keberadaan JFC harus diterima oleh masyarakat, di tengah kearifan lokal kita,” ungkapnya.

“Terkait adanya kecolongan, persiapan JFC ini kan sudah lama, setahun sebelumnya. Kemudian almarhum (inisiator Dynand Fariz) meninggal, maka persiapan kita butuh fokus, yang beberapa hal lalai,” sambungnya.

Sehingga pihaknya pun memohon maaf melalui forum mediasi tersebut. “Seperti yang pernah kita alami pada tahun 2005, yang kemudian kita sampaikan di DPRD waktu itu. Kemudian adanya masukan terkait etika berbusana, kemudian kita sampaikan etika (berbusana) JFC dari ujung rambut hingga ujung kaki,” ungkapnya.

Ia mengaku, yang terjadi saat ini di luar perhatiannya. “Beliau ini (pengisi acara JFC) datang untuk menghargai karya sahabatnya. Mereka pun tamu kehormatan kita,” tandasnya.

Lebih jauh, Suyanto berharap di balik kontroversi yang ada, masyarakat paham apa yang ada dari JFC. “Jadi di balik ini semua (gelaran JFC), apa yang perlu masyarakat ketahui? Manfaat, keberadaannya, bagi mereka dan Indonesia. Sehingga semua bisa saling memiliki. Yang sekarang hanya menganggapnya pertunjukan,” ungkapnya.

“Padahal sebenarnya untuk mengasah SDM kita, untuk lebih kreatif, dan lebih percaya diri. Sehingga punya daya saing. Ibaratnya sebuah bor yang menggali tambang, dan tambangnya itu adalah SDM yang bisa kita manfaatkan,” sambungnya.

“Sehingga dari hal yang kurang itu, bersama diperbaiki. Apalagi masyarakat (Jember) sebagai tuan rumah mulai dari kebersihan sampah dan juga lain sebagainya, yang sekarang masih banyak keterbatasan termasuk fasilitas-fasilitas lainnya,” tandasnya.

Sementara itu saat dikonfirmasi terpisah, dengan adanya kontorversi dan polemik yang muncul, Bupati Jember Faida sebagai penanggung jawab, siap untuk menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.

“Bahkan tidak hanya itu, ke depan nantinya juga akan ada regulasi yang diatur di setiap even di Jember. Baik itu waktu pelaksanaan, dan mungkin tampilannya. Untuk mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal dan ciri dari Jember,” katanya. 

Ia menjelaskan regulasi tersebut nantinya mengatur terkait tampilan dalam gelaran karnaval JFC, sebelum dipertontonkan kepada khalayak umum. Harapannya, JFC dapat memberikan tontonan yang tidak mengurangi nilai-nilai kearifan. Terkait regulasi tersebut, juga akan ditegaskan dalam bentuk peraturan bupati (perbup).

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO