Tafsir Al-Isra 1: Isra' dan Mi'raj, Syari'ah Rekreasi

Tafsir Al-Isra 1: Isra Ilustrasi. foto: rasoolurrahmah

Pertama, syari'ah rekreasi. Yang dimaksud adalah merefresh jiwa Rasulullah SAW yang tengah kalut dan sedih ditinggal mati para pendukung handal. Sebagai manusia, hal itu wajar dan lumrah. Kenyataannya memang demikian, para kafir makin berani dan brutal memusuhi Nabi dan para pengikut.

Untuk itu, Nabi perlu hiburan, perlu rilex, perlu penyegaran, perlu refreshing sehingga seluruh beban dan kekalutan sirna dan terlupakan. Karena Muhammad SAW bukan manusia biasa, melainkan level utusan, maka Allah SWT menunjuk tempat rekreasi jauh lebih fantastis melebihi tempat rekreasi manusia pada umumnya. Jalur bumi lebih dahulu,kemudian ke luar angkasa. Selama perjalanan, berbagai keajaiban dan keindahan diperlihatkan.

Atas dasar ini, ada benarnya bila sebuah lembaga pendidikan mengadakan rekreasi setelah usai melakukan pekerjaan besar, seperti ujian negara. Tidak sekadar menyegarkan para murid, bahkan sekalian pendidiknya. Benar juga, pada akhir penutupan pengajian rutin, majelis taklim, lalu ziarah dan wisata. Tidak sekadar plesiran yang menyenangkan, melainkan pulang membawa pengalaman baru yang bermanfaat.

Kedua, sebagai bukti adanya pendampingan Tuhan buat hamba-Nya yang mengabdi. Tuhan tidak pernah membiarkan hamba-Nya yang gigih berdakwah, yang berjihad di jalan-Nya sendirian manakala dia dinista dan dizalimi. Diundangnya Rasulullah SAW beraudiensi di hadapan Tuhan memberi kemantapan bagi diri Rasulullah, bahwa meski dia di bumi dimusuhi, dijahati dan mau dihabisi, tapi di sisi lain ada Tuhan yang Maha segala sangat sayang dan melindungi.

Inilah ajaran tawakkal yang sering ditinggalkan oleh para pengabdi Tuhan zaman sekarang. Kurang pede dan kurang yakin atas pertolongan-Nya yang tidak pernah bisa kita duga. Kekalutan yang luar biasa menimpa hingga Nabi sendiri tidak tahu ke depan seperti apa, ternyata sangat luar biasa. Rasul mulia itu diisra' dan dimi'rajkan. Tidak hanya gratis, melainkan sangat menghibur, sangat menyemangati dan banyak pelajaran berharga yang diterima.

Hikmah lain adalah ittiba' Nabi, bahwa setelah rekreasi dan menerima berbagai pelajaran, maka tidaklah boleh berlama-lama merebahkan badan, istirahat dan rehat, melainkan beraktivitas selanjutnya, mengamalkan apa yang telah didapat. Seperti Rasulullah SWT sehabis balik dari Sidratil Muntaha. Pagi harinya langsung menyampaikan berita agama yang semalam terjadi, lalu mengajarkan shalat, dipraktikkan dan disosialisasikan di masyarakat luas. Isra' dan Mi'raj juga ajaran studi banding demi sebuah lembaga ke depan lebih bagus.

Dengan serapan Nabi terhadap hikmah fenomena jagad raya yang tak terbatas, dengan menelan faedah melintasi gugusan galaxy yang tak terhingga, maka jiwa nabi meluas indah dan penuh rahmat. Selanjutnya, apa saja yang dilakukan umat manusia terhadap dirinya menjadi kecil dan tidak berarti apa-apa. Karena semua sudah ada di tangan Tuhan dan nabi sudah menyaksikan sendiri.

Peristiwa isra' dan mi'raj sekaligus sebagai bekal dakwah nabi ke depan, ke daerah baru, ke masyarakat baru, ke dunia baru, kota Yatsrib yang berjarak sekitar 400 kilometer dari Makkah. Setahun berikutnya, Nabi Muhammad SAW diperintahkan segera hijrah ke Yatsrib untuk membnagun peradaban islam di sana.

Maka era awal kaki menginjak bumi Yatsrib, Nabi mengubah nama Yatsrib menjadi "al-Madinah al-Munawwarah" kota berperadaban yang dicerahkan, sebagai ikon sekaligus misi risalah ke depan. Inilah dalil ikon kota sekarang sesuai program kepala daerah masing-masing. Seperti Jombang Beriman, Bersih Indah dan Aman. Dulu, Jakarta BMW, Bersih, Manusiawi, dan Wibawa dan lain-lain.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO