Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
Syaakiran li-an’umihi ijtabaahu wahadaahu ilaa shiraathin mustaqiimin (121). Waaataynaahu fii alddunyaa hasanatan wa-innahu fii al-aakhirati lamina alshshaalihiina (122).
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Pada tafsir ayat sebelumnya sudah disebutkan, bahwa Ibrahim A.S., meski seorang diri, secara dinilai sama dengan nilai banyak orang. Ini karena Ibrahim memiliki sifat baik yang komprehensif yang ada pada semua manusia. Maka wajar, Ibrahim A.S. berjuluk bapak umat Islam. "..Millah abikum Ibrahim" (al-Hajj:78).
Dua ayat studi di atas membicarakan kelebihan-kelebihan Ibrahim sebagai breakdown dari sifat universal yang ditera oleh ayat sebelumnya. Pertama, Ibrahim sebagai pribadi yang sangat pandai bersyukur, "Syaakiran li-an’umihi". Kedua, Ibrahim adalah pribadi pilihan Allah, "ijtbah". Ketiga, Ibharim adalah pribadi yang diberi hidayah khusus, "wahadaahu ilaa shiraathin mustaqiimin". Keempat, di dunia dikaruniai kebajikan, "Waaataynaahu fii alddunyaa hasanatan" dan kelima, di akhirat termasuk komunitas orang-orang shalih, "wa-innahu fii al-aakhirati lamina alshshaalihiina".
Tidak diragukan lagi, tingginya derajat nabi Ibrahim A.S. di hadapan Allah SWT. Keimanannya begitu totalitas tanpa ada catatan apa-apa. Pokoknya perintah Allah, pasti dipatuhi, dilakukan secara penuh, tanpa ragu, tanpa pikir, apapun risikonya. Mana ada, seorang bapak yang lama tidak puya anak, lalu dikaruniai anak laki-laki, satu-satunya, ya gagah, ya ganteng, ya shalih, tiba-tiba disuruh menyembelih dan langsung dikerjakan?. Hanya Ibrahim yang diuji seberat itu.
Selain keimanan, salah satu sifat Ibrahim yang mendapat pujian Tuhan adalah kedermaannya, sifat sosialnya yang mengagumkan. Apa saja yang ada di tangannya tidak langsung dinikmati, melainkan ditawarkan kepada siapa yang sangat lebih membuhtuhkan. Hanya ada tamu dari jauh yang mampir sebentar, Ibrahim langsung ke belakang memotong anak sapi, cepat dimasak panggang sebagai hidangan makan siang.