Tafsir An-Nahl 110: Tuhan Mengharap Muslim Pro Ahok Bertobat

Tafsir An-Nahl 110: Tuhan Mengharap Muslim Pro Ahok Bertobat FOTO ILUSTRASI: Deklarasi ustadz kampung untuk mendukung Ahok-Djarot.

Kedua, ayat ini berbicara hijrah dan beda bahasan dengan ayat 106 sebelumnya, sehingga tidak menasikh dan tidak pula merevisi. Indikatornya adalah kata hijrah (hajaru) yang menunjukkan sudah adanya syari'at hijrah. Dengan syari'ah hijrah menunjukkan keadaan umat Islam di Makkah sudah lumayan kuat dan lumayan punya banyak pengikut.

Sedangkan kondisi umat Islam pada ayat 106 ini turun sungguh sangat lemah, sedikit dan tertindas, sehingga tidak ada yang bisa diperbuat untuk menghindar dari kekejaman orang-orang kafir. Andai dipaksa lari dan berhijrah, selain belum ada perintah hijrah dari Tuhan, pastilah mudah tertangkap, sehingga keadaan makin buruk. Jadinya, kedua ayat tersebut eksis dan tidak perlu ada naskh. Ayat 106 utuk keadaan terpaksa dan ayat studi ini untuk perilaku setelah hijrah.

Jika diaktualkan untuk menyorot fikih al-ikrah, teologi rudapaksa, maka bagi umat Islam diberi pilihan saat keadaan terpaksa dan nyawa ancamannya:

Pertama, dianjurkan melawan dengan cara yang bijak dan pintar atau mencari jalan keluar sebisa-bisanya. Andai ada risiko kematian karena menempuh jalan ini, maka Allah SWT meridhai dan surga imbalannya. Dan kedua, menuruti paksaan itu dengan tetap tangguh beriman. Pada pilihan ini, hanya dia dan Tuhan yang mengerti.

Pandangan terakhir yang menunjuk nonnaskh ini didukung oleh riwayat Ibn Abbas terkait diri Ibn Abi Sarh. Dialah Abdullah ibn Sa'd ibn Abi Sarh, seorang muslin yang murtad, keluar dari Islam dan bergabung dengan orang-orang kafir. Ibn Abi Sarh juga pernah lari ke Mesir dan bermukim di sana beberapa waktu. Kesadaran timbul, lalu mengirim surat kepada Rasulullah SAW untuk kepentingan keimanan. Tapi sayang, karena rayuan teman-temannya, dia kembali lagi bergabung dengan orang-orang kafir dan tetap tidak menunjukkan sikap kebersamaan.

Pada peristiwa penaklukan kota Makkah (fath Makkah), Nabi menjatuhkan vonis mati baginya: "Bunuh dia". Dari ultimatum itu, kesadaran berislam timbul kembali, lalu menyerahkan diri kepada Utsman ibn Affan dan meminta perlindungan. Utsman menerima keislaman ibn Abi Sarh dengan penuh kewaspadaan. Lalu menyampaikan hal tersebut kepada Rasulullah SAW. Keputusan akhir, Rasul menerima pertobatan Ibn Abi Sarh. Ayat ini turun mengenai penerimaan Tuhan atas keislaman Ibn Abi Sarh.

Hikmah yang bisa dipetik adalah, bagi kaum muslimin yang saat ini masih punya pandangan bahwa muslim itu boleh-boleh saja mendukung pemimpin nonmuslim, boleh bergabung, boleh memilih Ahok mohon berpikir ulang dan merenungi apa yang diperbuat secara tenang, ikhlas, bersih tanpa pretensi apa-apa. Cobalah dihayati siratan kisah Ibn Abi Sarh ini. Apa sih manfaatnya mendukung nonmuslim bagi agama? Apa sih keuntungann bagi keimanan? Apa pula kemaslahatannya bagi ketaqwaan? Pertobatan politik berdasar hidayah masih terbuka luas di hadapan Tuhan. Kemudian ditunjukkan dengan langkah nyata sebagai bukti, yakni bergabung bersama umat Islam dan memilih pemimpin sesama muslim.

Kurang jahat apa Ibn Abi Sarh yang keluar dari barisan islam, lalu sadar dan bertobat. Nabi yang pernah menvovis mati-pun menerima pertobatannya dan Tuhan-pun mengampuni. Kini, di sono Allah SWT membuka tangan-Nya dan mengimbau orang-orang islam yang masih pro Ahok (nasrani) agar bertobat dan segera bergabung bersama umat Islam, umat yang mengimani Allah SWT sebagai Tuhan satu-satunya, bukan umat yang mendurhakai Allah dan menyekutukan-Nya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO