Jika acara lebih besar dapat menggunakan aula sekolah yang dapat menampung enam ratus orang lebih. Masyarakat Indonesia memanfatkannya untuk bersilaturahim. Berkat adanya peguyuban Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) warga masyarakat muslim Indonesia di Jepang lebih terorganisir dan lebih akrab.
Setiap hari Balai Indonesia menyediakan buka puasa bersama bagi WNI dengan belanja dan memasak secara gotong royong. Selalu banyak yang hadir untuk buka puasa bersama di Balai Indonesia. Biasanya seusai buka puasa bersama dilanjutkan dengan salat tarawih dan kajian Islam tematis. Namun pada hari libur, buka puasa bersama selalu ramai, yang hadir tak kurang dari lima ratus orang, termasuk pejabat KBRI ikut hadir berbaur dengan masyarakat yang hadir dari kota Tokyo dan sekitarnya.
Biasanya, selain buka bersama diisi kajian dan tabligh akbar yang dilanjutkan dengan salat tarawih.
Pada minggu keempat saya mendapat giliran untuk mengisi workshop tentang zakat dan dilanjutkan dengan Tabligh Akbar. Masyarakat berantusias untuk mengikuti acara seraya menjadi ajang silaturrahim dan pelepas kangen di antara mereka. Bahkan tampak kepedulian dan kecintaannya pada Tanah Air. Hal ini terlihat dari pertanyaan mereka dalam sesi tanya jawab yang memperhatikan dan ikut memikirkan kemajuan Indonesia, termasuk soal suksesi kepempinan pusat dan daerah.
Ada rasa bahagia yang mendalam bagi WNI pada acara buka puasa bersama. Mereka yang sudah lama tak pulang ke kampung halamannya di Indonesia dapat merasakan suasana Indonesia pada saat bertemu dengan masyarakat sesama bangsa Indonesia, sehingga dapat melepas kangennya. Suasana keagamaan yang dibalut budaya kampung halaman dapat membangun silaturahim dan kerekatan sesama anak bangsa yang sedang berada di negeri terbit Matahari.
Yang menarik, masyarakat Turki di Jepang bakal berlebaran pada 5 Juli 2016. Loh, kenapa? Ikuti lanjutan laparan Kiai Cholil Nafis ini di bangsaonline.com
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News