Gus Moch, Putra Mbah Liem: PBNU Gagal Jaga Jami'iyah

Gus Moch, Putra Mbah Liem: PBNU Gagal Jaga Jami KH Mochammad Fathal. Foto: bangsaonline

KLATEN, BANGSAONLINE.com - KH Mochammad Fathal, putra KH Moeslim Rifa’i Imampuro (Mbah Liem), Klaten Jawa Tengah, akhirnya angkat bicara tentang kemelut yang membelit PBNU teerkait skandal zionisme serta dugaan korupsi tambahan kuota dan penyelenggaraan haji 2023-2024. Dia sangat prihatin terhadap kinerja PBNU yang jauh menurun dibanding para pendahulu-pendahulunya.

Gus Moch, panggilan KH Mochammad Fathal, menceritakan kepemimpinan Gus Dur yang kerap ditemani abahnya, Mbah Liem, baik ketika memimpin PBNU maupun saat menjadi Presiden RI ke-4. Menurut dia, Gus Dur dan Mbah Liem memang memiliki kelebihan sebagai sosok teladan dengan karakter masing-masing, tapi saling melengkapi dan menguatkan. Keduanya adalah Ulama Nasionalis, Zuhud dan Wirai yang patut ditiru para petinggi PBNU.

“Saya tidak bermaksud membandingkan, tapi Gus Dur dan Mbah Liem bisa diteladani oleh petinggi PBNU. Teladan nasionalismenya, tujuan perjuangan-pengabdian keduanya limashlahatil ‘ammah (Zuhud), dan kesederhanaan dalam perilaku (wirai) yang jauh dari pragmatis,” kata Gus Moch kepada BANGSAONLINE, Selasa (23/9/2025).

“Keduanya selalu hadir dalam situasi kritis. Berikhtiar menyelamatkan kehidupan bernegara bangsa dan beragama dengan cara-cara tidak biasa,” sambungnya.

Gus Mochammad Fathal, mengelus dada selama mengikuti perilaku petinggi PBNU yang tidak hanya membuka pintu untuk zionisme Israel, bahkan bersahabat dan bekerjasama. Baginya, yang dilakukan petinggi PBNU merusak pakem dakwah ulama nusantara dan membahayakan masa depan bangsa.

Manuver-manuver petinggi PBNU dalam berpolitik dan keterlibatan mereka dengan sikap pragmatis dalam tata kelola kewajiban negara, misalnya terkait tambang, tambahan kuota dan penyelenggaraan kebutuhan haji hingga menyeret petinggi PBNU diduga korupsi, telah meruntuhkan wibawa organisasi dan para pendahulu jam’iyyah.

“apa yang mereka (petinggi PBNU) lakukan bisa membahayakan NKRI dan NU. Apa mereka tidak menyadari hal demikian bisa meruntuhkan segala landasan kebaikan berjamiyyah yang telah ditanam dan dirawat para pendahulu NU,” ujar putra kiai pencetus slogan ‘NKRI Harga Mati, Pancasila Jaya’.

“teladan Gus Dur luar biasa, berkorban demi keutuhan negara dan menyemai landasan kesatuan bangsa. Mbah Liem juga demikian, nama pesantren al-Muttaqien Pancasila Sakti yang beliau dirikan, menjadi komitmen nasionalisme ulama pesantren,” tambahnya.

Menurut Gus Moch, tanggung jawab NU menjaga NKRI dan kedaulatan Islam Ahlussunnah wal jama’ah di Indonesia menghendaki para pemimpinnya memiliki standar kualifikasi, kompetensi dan spesifikasi diatas rata-rata. Standar moral, kepemimpinan, keilmuan, kewaspadaan dan standar kebijaksanaan, termasuk ketika diberi tanggung jawab urusan negara.

Gus Dur, saat menjabat Ketua Umum PBNU maupun menjadi Presiden tetap dengan kesahajaannya. Sedikitpun tidak tampak memanfaatkan jabatan dengan sikap pragmatis menumpuk kekayaan, tapi sebaliknya banyak karya warisan monumental yang ditinggalkan.

“Saat ini berbeda. Petinggi PBNU berebut klaim pewaris perjuangan Gus Dur, namun penampilannya seperti selebriti, kehidupannya seperti pengusaha papan atas, dan sikapnya meniru politisi yang pandai berdiplomasi,” ungkap Gus Moch.

“Masak petinggi PBNU berebut usaha tambang, berebut jadi komisaris BUMN, berebut jadi mitra pengadaan barang dan jasa kebutuhan haji. Apalagi berebut dapat untung dari tambahan kuota haji,” imbuhnya.

KH Mochammad Fathal, penerus kepengasuhan PP Al-Muttaqien Pancasila Sakti (ALPANSA), Karanganom, Klaten Jawa Tengah dari Mbah Liem yang sering diceritakan Presiden Prabowo dengan kisah-kisah ‘keanehan’ ini setuju desakan para kiai agar petinggi PBNU muhasabah dan jujur. Menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada KPK atas dugaan korupsi haji yang melibatkan petinggi PBNU, agar negara bisa menegakkan kedaulatan hukum bagi siapapun yang melanggar.

“Kemelut penyusupan zionisme Israel ke NKRI melalui PBNU, dugaan korupsi haji, dan berebut urusan tambang menunjukkan kegagalan kepemimpinan ditubuh PBNU. Maka, kepemimpinan PBNU saat ini tidak perlu dilanjutkan, karena dampak kerusakannya sistemik,” jelas Gus Moch, Ketua Lembaga Penjaga, Pembela NKRI Pancasila (LP2NKRI Pancasila).

“Saya setuju mereka mengundurkan diri. Kalau tidak, segera percepat pergantian kepemimpinan di PBNU,” tambahnya.