Bukan Dokter, Pasien Manusia Sembuh, Disuntik Protein Sel, Dokter Hewan ini Ditangkap

Bukan Dokter,  Pasien Manusia Sembuh, Disuntik Protein Sel, Dokter Hewan ini Ditangkap Dahlan Iskan

Pagi itu, setelah senam Disway dan kuliah umum di Universitas Tidar yang kini maju pesat, saya baru tahu ada logika sehat seperti itu.

Saya pun melihat tabung-tabung kecil ditaruh di sebuah mangkuk di meja tamu. Isinya cairan warna merah jingga. Rupanya dari botol besar di kulkas itu dipindah ke tabung-tabung kecil. Satu tabung untuk satu suntikan. Di satu pantat.

Saya pun minta disuntik. Sekadar ingin tahu rasanya. Saya langsung memelorotkan celana di ruang tamu itu. Toh tidak ada Dewi Kwan Im di situ.

Bles. Selesai.

Saya pun pamit.

Saya sempat bertanya lagi: mengapa cairan yang akan disuntikkan itu ditaruh di meja tamu begitu saja. "Ini supaya hilang dinginnya. Ikut suhu ruangan," katanya. Oh, iya. Cairan itu akan dimasukkan ke tubuh. Suhu tubuh sendiri sekitar 36 derajat celsius.

"Praktik Anda ini pasti kontroversial. Mengapa tidak mengalah saja dengan kuliah lagi di fakultas kedokteran?" tanya saya.

"Anak kedua saya sedang menyelesaikan kuliah di kedokteran UGM," ujar ujar Yudha yang kini berumur 53 tahun. "Biar anak saya saja nanti," tambahnya.

Tiga tahun lalu drh Yuda pernah ditangkap polisi. Tahun 2020. Sampai diadili. Prosesnya sudah sampai Mahkamah Agung. Ia dinyatakan bersalah: bukan dokter melakukan praktik pengobatan. Vonis hakim agung menyebutkan ia tidak harus masuk penjara. Hukumannya: denda. Rp 25 juta.

Yang membuat hukumannya ringan adalah: tidak ada yang mati karena pengobatan ini. Bahkan tidak ada yang terkena efek samping. Saksi-saksi semua mengaku sakitnya sembuh. Yakni penderita diabetes, stroke, saraf, dan banyak lagi.

Salah satu saksi itu adalah Tonny Kurniawan, anaknya almarhum Hoei Hwa Kin. Ia pemilik toko emas di Yogyakarta. Tonny sudah berobat ke mana-mana. Dokter memvonisnya: hidupnya tinggal tiga tahun. Ia pun cari alternatif pengobatan apa saja. Lalu bertemu Yuda itu.

Teman-teman Tonny ikut minta disuntik yang sama. Maka ketika Yuda datang ke toko emas milik Tonny, teman-temannya ikut suntik. Lama-lama ruang belakang toko Tonny itu jadi semacam tempat praktik. Sampai Yuda ditangkap.

Tonny di persidangan tidak menyalahkan Yuda. "Saya yang minta tolong pada beliau. Dan saya sembuh. Apa salahnya meminjamkan ruang belakang itu," katanya di persidangan.

Dari mana Yuda mendapatkan itu?

Yuda mendapatkan bahan baku dari temannya. Yakni teman yang bekerja di rumah sakit bersalin. Yuda minta dipotongkan 2 cm plasenta bayi yang akan dikubur. Dari situlah sel dan diambil.

"Kalau sel memang harus dari sel tubuh pasien sendiri. Tapi kalau bisa dari nya siapa saja," katanya.

Yuda tahu bahwa saya sering menjalani stemcell di dr Purwati. Dulu. Juga di klinik dr Yanti. Atau menjalani PRP di dr Karina yang keriting total itu. "Saya yang menguji ketika dr Purwati ujian doktor," ujar Yuda.

Ngobrol dengan drh Yuda saya seperti ngobrol dengan drh Indro. Orangnya agak gemuk, pakaiannya kucel-semrawut dan orangnya cuek. "Saya harus melakukan pengabdian ini. Saya pernah mau mati. Kepala saya sampai harus dibuka," katanya.

Itu terjadi di Seoul saat akan meraih gelar doktor di sana. Ia kena penyakit kanker otak. Sembuh.

Saya pun lama berpikir: harus diapakan orang seperti Yuda ini. (Dahlan Iskan).

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan meilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO