MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Halaqah Kebangsaan Pencinta Tanah Air Indonesia (Petanesia) yang digelar di Institute KH Abdul Chalim (IKHAC) Amanatul Ummah, Pacet Mojokerto, banyak menyoroti tentang kondisi bangsa, Jumat (5/8/2022).
Acara tersebut dihadiri Dewan Penasihat Pusat Petanesia Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, Pengamat Politik AS Hikam, Mantan Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Ali, serta ratusan peserta dari berbagai elemen.
BACA JUGA:
- Khofifah Ajak Muslimat NU di Kabupaten Malang Jadi Garda Terdepan Turunkan Stunting
- Lunas! Janji Kiai Asep dan Gus Barra pada Warga dan Relawan, Apa Saja?
- Khofifah Usul Pembentukan Komite Perempuan Indonesia untuk Perdamaian Dunia Melalui PBB
- Aktivis NU Kultural ini Desak PKB Objektif soal Rekom pada Pilkada 2024 di Kabupaten Pasuruan
Dalam paparannya, Kiai Asep menyinggung kondisi Kabupaten Mojokerto yang masih jauh dari cita-cita maju, adil, dan makmur. Padahal, kata Kiai Asep, Mojokerto merupakan miniatur Indonesia.
Menurutnya, cita-cita mulia itu belum bisa dicapai karena Pemimpin Mojokerto tidak berorientasi ibadah dan tidak berorientasi pada kemaslahatan dan kebaikan rakyat.
“Jadi karena kiprah mereka demikian, maka tidak mungkin terwujudnya Indonesia maju, adil, dan makmur. Padahal kriteria maju, adil, makmur itu sudah jelas ada. Pada masa sabahat Umar bin Abdul Azis sudah melaksanakannya, hanya dengan zakat sudah mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Rakyat yang tidak berdaya dimodali sehingga mereka memiliki pekerjaan,” ujar Kiai Asep.
Kiai Asep juga menyoroti marawah organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yang saat ini menurun drastis. Jauh dari nilai-nilai NU terdahulu, di mana NU dikenal sebagai organisasi penyelamat Bangsa. Bahkan, NU merupakan penggerak Kemerdekaan Indonesia.
Namun, kondisinya saat ini sangat jauh berbeda. Apalagi ada pengurus NU yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena terjerat kasus korupsi.
Klik Berita Selanjutnya