Curhatan Keluarga Almarhum dr. Hilmi Wahyudi yang Meninggal di Tengah Tugas Melawan Pandemi Covid-19 | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Curhatan Keluarga Almarhum dr. Hilmi Wahyudi yang Meninggal di Tengah Tugas Melawan Pandemi Covid-19

Editor: Revol Afkar
Wartawan: Syuhud
Kamis, 04 Juni 2020 14:48 WIB

dr. Hilmi Wahyudi (kiri) semasa hidup foto bersama keluarga. foto: ist.

Bahkan, dr. Hilmi sempat dibawa ke ruangan ICU RSUD Ibnu Sina karena tidak sadarkan diri. "Saya, ibu, dan adik-adik saya hanya bisa melihat dari balik kaca sambil terus berdo’a, Yaa Allah... sembuhkan ayahku. Yaa Rabb... Aku masih butuh ayahku untuk membimbingku dan adik-adikku yaa Rabb," kata Richard sambil berlinangan air mata.

Kemudian, pada hari Jum’at, 29 Mei 2020, Richard mulai melihat tanda-tanda yang dikhawatirkan keluarganya mulai terjadi. Hari itu, ia melihat dokter yang merawat ayahnya memasangkan alat bantu pernapasan pada sang ayah yang sudah tak sadarkan diri.

"Saat itulah saya bisa melihat air dalam gelas yang menempel dalam tabung oksigen yang dipakai alat bantu pernapasan ayahku berhenti bergerak, Mas," katanya.

"Para dokter berusaha melakukan pertolongan untuk menyelamatkan nyawa ayah," sambungnya.

Namun takdir Allah SWT berkata lain. Sekitar pukul 21.15 WIB, ayah Richard tidak bisa tertolong. "Dokter menyatakan ayah saya telah meninggal dunia. Ayah telah kembali kepada Allah SWT dengan meninggalkan saya, ibu, dan 3 adik saya untuk selamanya Mas," ungkapnya sambil menangis terisak mengenang ayahnya.

(Anak almarhum dr. Hilmi Wahyudi ketika ziarah di makam ayahnya. foto: ist)

dr. Hilmi Wahyudi, lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini akhirnya meninggal pada 29 Mei 2020 di RSUD Ibnu Sina dalam usia 40 tahun.

Kesedihan Ricahard dan keluarga belum berhenti sampai di sini. Masalah datang ketika ia hendak membawa pulang jenazah almarhum ayahnya. Segala administrasi sejatinya sudah beres.

Namun, untuk membawa pulang jenazah almarhum, terhadang oleh keresahan warga setempat yang dikomandoi oleh putusan kepala desa. Kades setempat tak mengizinkan jenazah dr. Hilmi disalatkan di musala dan dimakamkan secara normal. Alasannya, almarhum dr. Hilmi Wahyudi meninggal dalam status pasien dalam pengawasan (PDP) . Apalagi, saat itu sedang memberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid III.

"Jenazah ayah kami juga tak diizinkan disalatkan di musala. Almarhum ayah saya malam itu juga akhirnya dimakamkan dengan protokol kesehatan . Kami sekeluarga sangat sedih menyaksikannya," pungkasnya. (hud/rev)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video