Tafsir Al-Kahfi 7: Bukan Kemiskinan yang Ditakutkan Nabi
Editor: Redaksi
Selasa, 05 Mei 2020 00:23 WIB
Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
7. Innaa ja’alnaa maa ‘alaa al-ardhi ziinatan lahaa linabluwahum ayyuhum ahsanu ‘amalaan
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.
TAFSIR AKTUAL
Rasulullah SAW mengingatkan adanya bahaya besar yang ada di balik zinah ini. "Ketahuilah, dunia itu hijau dan manis sekali. Hati-hatilah". "Hal yang paling aku takutkan atas kalian, ketika Tuhan membuka zahrah al-dunya". Sahabat bertanya: "apa itu?". Nabi menjawab: "barakat al-ardl". Limpahan berkah dari bumi ini yang tercurah ruah.
Pada riwayat lain ada tambahan begini, "barang siapa yang mengambilnya dengan puas dan benar, maka dia diberkahi. Dan barang siapa mengambilnya secara berlebihan, maka selamanya dia tidak akan pernah kenyang".
Hadis riwayat Muslim dari Abi Sa'id al-Khudry di atas, lalu disyarahi sebagai berikut:
Pertama, bahwa dunia itu bagai kebun rindang dengan aneka buah yang manis rasanya. Siapa ada di dalam akan betah dan terpesona. Buah-buah segar yang ranum membuat selera tergiur dan air ludah mengalir lembut. Dan di situlah seorang mukmin diuji. Maka berbahagialah orang yang dikaruniai harta berlimpah dan mensedekahkan sebagai mana mestinya. Orang kaya itu sesungguhnya sangat berpeluang masuk surga, karena tinggal membeli saja. Tapi, sedikit sekali yang punya kesadaran surgawi macam itu.
Dialah Umar ibn al-Khattab R.A., ketika mendengar paparan Nabi terkait ayat kaji ini, Umar menengadahkan wajah ke langit sembari mengangkat tangan dan berucap: "Ya Tuhan, sesungguhnya kami sama sekali tidak mampu untuk tidak bersuka ria atas hiasan dunia ini. Kami manusia biasa yang punya nafsu dan keinginan. Tapi kami punya Engkau yang Maha Penyayang. Berilah kami kemampuan menunaikan apa yang menjadi hak dunia ini. Berilah kami kemampuan berinfaq dan mensedekahkan sebagaimana yang Engkau kehendaki.