DPRD Jatim Prihatin, 4,61% Sarjana di Jawa Timur Menganggur | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

DPRD Jatim Prihatin, 4,61% Sarjana di Jawa Timur Menganggur

Wartawan: M Didi Rosadi
Selasa, 05 September 2017 22:52 WIB

Anggota Komisi E DPRD Jatim, Agus Dono Wibawanto.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Timur ternyata masih cukup tinggi, persentasenya di kisaran 4%. Bahkan semakin tinggi pendidikan tidak menjamin seseorang semakin mudah mendapatkan pekerjaan. Terbukti, jumlah sarjana yang menganggur di Jatim mencapai 4,61%. Hal itu terjadi karena kualifikasi dan kompetensi pendidikan yang ada tak memenuhi lapangan pekerjaan yang dibutuhkan dunia industri.

Kondisi tersebut membuat anggota komisi E DPRD Jatim, Agus Dono Wibawanto prihatin. Ketua Fraksi Partai Demokrat itu berharap masyarakat yang hendak melanjutkan ke perguruan tinggi juga perlu diberikan wawasan bahwa lulusan sarjana itu bukan berorientasi bekerja. Karena itu jika ingin lulus langsung kerja sebaiknya memilih diploma atau SMK karena memiliki spesifikasi keterampilan khusus yang dibutuhkan lapangan kerja.

"Status (akreditasi) perguruan tinggi juga berpengaruh, sebab tidak jarang dunia usaha hanya menerima calon tenaga kerja lulusan sarjana dari perguruan tinggi yang berstatus A," tutur politisi yang akrab disapa Gus Don itu, Selasa (5/9).

Berdasarkan data Disnakertrans Jatim, dari tahun ke tahun TPT di Jatim mengalami fluktuatif mengikuti pertumbuhan perekonomian dan hubungan industrial. Pada tahun 2014 mencapai 4,19%, tahun 2015 naik menjadi 4,47%, lalu turun lagi di 2016 menjadi 4,21%.

"Tahun 2017 ini, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jatim ditargetkan turun lagi menjadi kisaran 4,08%-4,10%," ujar Kadisnakertrans Jatim, Setiadjit saat dikonfirmasi.

Pencapaian target tersebut, kata Setiadjit memang tidak mudah. Terlebih pada tahun 2019 mendatang, Jatim akan mengalami bonus demografi, di mana penduduk usia 15-60 tahun di Jatim mencapai 69% dari jumlah penduduk sekitar 42 juta. Sedangkan penduduk usia kerja hingga Februari 2017 mencapai 30,31 juta.

"Jumlah angkatan kerja mencapai 20,89 juta, meliputi sudah bekerja 20,03 juta orang dan pengangguran 860 ribu orang," ungkapnya.

Sementara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada tahun 2017 mencapai 68,93%. Kemudian pekerja tidak penuh mencapai 6,26% terdiri dari setengah pengangguran 1,23% dan paruh waktu (freelance) 5,03%.

"Angka pengangguran di Jatim mencapai 860 ribu orang. Dari angka itu pengangguran dengan latar belakang pendidikan tidak lulus SD atau lulus SD sebesar 1,24%, lulus SMP 5,25%, lulus SMA 9,24%, lulus SMK 7,10%, lulus diploma 5,01% dan lulusan sarjana (S1) 4,61%," jelas mantan staf ahli Gubernur Jatim ini.

Ia menduga masih tingginya lulusan sarjana yang menganggur karena perguruan tinggi masih jarang yang berani melakukan revitalisasi mulai dari tenaga pengajar, sarana dan prasarananya hingga programnya (fakultas) untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dunia industri baik dalam negeri maupun luar negeri.

"Teknologi dunia industri sudah pada generasi 4 (digital) tapi teknologi dunia pendidikan masih generasi 2, makanya perlu revitalisasi dan treatment dunia pendidikan setiap dekade supaya tak ketinggalan terlalu jauh," harap Setiadjit.

Upaya revitalisasi dunia pendidikan, lanjut Setiadjit baru dilakukan oleh Pemprov Jatim hanya di tingkatan SMK dengan membuka doubel track education melalui SMK Mini. Selain itu, pihaknya juga tengah gencar melakukan inovasi padat karya produktif melalui BLK untuk mantan TKI supaya mereka bisa berwirausaha setelah diberikan kursus kewirausahaan di bidang bengkel, servis dan lain sebagainya.

"Tahun ini BLK di Jatim ditargetkan mampu meluluskan 18 ribu orang. Sedangkan tahun 2018 naik menjadi 28 ribu orang meliputi 18 ribu tenaga kerja formal dan 10 ribu TKI purna tugas. Makanya peralatan mobile unit di BLK juga akan ditambah 20 unit lagi dari 50 unit yang sudah dimiliki," imbuhnya.

Di sisi lain persaingan kerja juga kian ketat, sebab banyak tenaga kerja dari luar provinsi lari ke Jatim karena UMK nya tinggi. Akibatnya, tawaran kerja antar provinsi peminatnya juga rendah karena gajinya masih di bawah Jatim. "Ada lowongan kerja ke luar provinsi membutuhkan 25 ribu orang tapi yang terserap hanya 3 ribu," tambah Setiadjit. (mdr)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video