Tafsir An-Nahl 97: Iman dan Amal Salih Kunci Hidup Multi Bahagia | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir An-Nahl 97: Iman dan Amal Salih Kunci Hidup Multi Bahagia

Minggu, 28 Agustus 2016 01:19 WIB

Pertama, untuk meyakinkan kepada setiap orang yang melakukan itu, di mana masing-masing pribadi pasti diperhatikan Tuhan dan langsung dihandel Tuhan. Kedua, untuk lebih menyentuh dan memuaskan masing-masing pribadi. Bahwa kenikmatan tersebut pasti bisa dirasakan secara melegakan sesuai selera. Maka dijamin puas dan membahagiakan.

Ketiga, servis duniawi tersebut sifatnya sedikit dan sementara, sesuai kurikulum dunia yang sedikit dan sementara. Semua itu tidak seberapa dibanding dengan servis nanti di akhirat. Makanya, bentuk mufrad paling representatif dipakai untuk melambangkan itu.

Keempat, karena servis akhirat (surga) itu sangat universal dan abadi, lebih pada anugerah (fafhal) ketimbang sebagai balasan setimpal atas amal perbuata ('adl). Maka, bentuk jamak yang melambangkan multi sektoral lebih cocok dipakai ketimbang lambang mufrad. Sekali lagi, Allah a'lam.

Jadi, orang yang mau beramal kebajikan, baik saat bersentuhan dengan Tuhan maupun bergumul dengan manusia dan alam sekitar, lalu dia beriman secara totalitas kepada-Nya, maka pasti dijamin hidupnya serba bagus "hayah thayyibah". Inilah kunci hidup super bahagia. Tidak hanya itu, di akhirat malah berlebih-lebih servisnya. Kini, apa yang dimaksud dengan "hayah thayyibah"?.

Pertama, rejeki yang halal. Di sini tidak dibicarakan sedikit dan banyaknya, karena itu urusan penyesuaian yang diatur oleh Tuhan sendiri. Yang jelas sangat nikmat dirasakan. Begitu pendapat Ibn Abbas.

Kedua, kepuasan hati (qana'ah), legowo dan ridha. Orang itu serba bersyukur, sangat menikmati setiap apa yang ada pada dirinya. Apa saja, bahkan dalam keadaan kritis, sakit keras, miskin, dia merasa nyaman-nyaman saja dan benar-benar mampu menikmati manisnya keimanan. Hatinya selalu ada di pangkuan Tuhan. Begitu pandangan Ali ibn Abi Thalib.

Ketiga, kemampuan beribadah. Ibadahnya sangat disiplin dan menikmati. Mereka merasa enjoy dan asyik berlama-lama di hadapan Tuhan. Begitu pendapat al-Dhahhak.

Keempat, al-Imam Ja'far al-Shadiq mengatakan, bahwa Hayah Thayyibah itu makrifat billah. Lebih dari itu, maqam tertinggi dalam Hayah thayyibah adalah saat bebas dari segala kebutuhan materi, sama sekali tidak butuh kepada makhluq dalam bentuk apapun, karena dia sudah sangat puas bersama Allah SWT.  

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video