Tafsir An-Nahl 95-96: Dunia dan Akhirat, Beda Kurikulum | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir An-Nahl 95-96: Dunia dan Akhirat, Beda Kurikulum

Jumat, 26 Agustus 2016 14:14 WIB

Banyak orang yang ahli ibadah dengan jam kerja santai, tapi ternyata rejekinya berlimpah. Itu baru di dunia, belum di akhirat nanti, di mana dunia sudah lewat dan tidak diperhitungkan lagi. Di akhirat, Tuhan hanya menggunakan silabi akhirat. Singkatnya, saat di dunia, kurikulum akhirat dan keajaiban Tuhan sering muncul dan terjadi, tapi saat di akhirat semua keduniawian tiada sama sekali. Yang ada hanyalah pembalasan, hanyalah pengadilan dan kebijakan Tuhan.

Semua yang ada terkait dengan hal milik di dunia pasti lenyap dan tiada (ma 'indakum yanfadz), dan apa yang ada di tangan Tuhan, itulah yang kekal (wa ma 'ind Allah baq). Penggalan ayat ini (96) adalah masalah harta dan pembelanjaannya. Harta yang ditumpuk menjadi aset, dinikmati untuk foya-foya, dipakai kesenangan dan memburu nafsu, dikeluarkan untuk beaya kampanye besar-besaran pastilah habis dan sirna. Ya hanya di situ saja operasionalnya, di periode kekuasaan saja, jika menang. Maksimal hanya di dunia dan tidak bisa tembus ke akhirat.

Tapi harta yang disimpan dan dibelanjakan untuk Tuhan, untuk agama-Nya, disedekahkan dan diamal sosialkan, maka Tuhan merasa dipasrahi sehingga bertanggungjawab dan memeliharanya. Tidak sekedar menjaga hingga di akhirat, sering kali saat masih di dunia diganti, bahkan lebih banyak ketimbang yang disedekahkan, sementara di akhirat tetap utuh bahkan dilipat gandakan, terserah apa maunya Tuhan.

Itulah sebabnya, maka tidak ada ceritanya orang yang gemar bersedekah, berlebih dalam mengeluarkan zakat jatuh miskim dan bangkrut. Justru sebaliknya. Ingin kaya, bersedekahlah. Sedekah (berjujur dalam harta), zakat (membersihkan saluran harta) bagaikan membersihkan sumbatan-sumbatan pada saluran air.

Petani yang ingin sawah mendapat aliran air lebih banyak, maka dia harus rajin membersihkan sumbatan-sumbatan yang bisa menghambat jalannya air. Saluran yang makin bersih dan lempang, maka makin deras aliran airnya. Seperti itulah sedekah dan zakat terkait dengan aliran rejeki. Makin dizakati, makin gerojok jalannya rejeki. Itu baru di duinia.

Jadi, zakat yang bisa saja manusia memandangnya sebagai merugikan menurut matematika dunia, ternyata sangat menguntugkan di akhirat. Shalat juga punya langgam serupa. Shalat yang dulu tidak berarti apa-apa bahkan dianggap membuang-buang waktu, ternyata sangat berharga di akhirat. 

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video