Jokowi Lengser Husnul Khotimah atau Suul Khotimah? | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Jokowi Lengser Husnul Khotimah atau Suul Khotimah?

Editor: M Mas'ud Adnan
Minggu, 04 Juni 2023 17:35 WIB

Presiden Joko Widodo. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden

Namun keretakan dan Mega sulit ditutupi. Media terbitan Singapura, The Straits Times, yang mengutip sumber internal PDIP memberitakan bahwa hubunan dan Mega sudah retak. Menurut berita koran berbahasa Inggris itu. dicuekin Mega soal calon wakil presiden yang akan disandingkan dengan Ganjar.

, tulis The Straits Times, menyodorkan Sandiaga Uno dan Erick Thohir sebagai cawapres Ganjar. Tapi Mega mengabaikan usulan itu. Mega bahkan tak suka karena menganggap ikut campur urusan partai (PDIP). 

Sandiaga Uno adalah menteri Pariwisata yang membantu memenangkan menantu , Bobi Nasution, saat pemilihan walikota Medan. Sedang Erick Thohir adalah menteri BUMN yang keluarganya menjadi donatur utama kampanye kepresidenan pada 2019.

Logikanya, kalau PDIP saja yang merupakan pengusung utama dalam Pilpres sudah mengabaikan , apalagi partai-partai lain yang secara ideologi tak punya keterikatan. 

Jadi – seperti umumnya presiden pada masa akhir jabatannya – juga dipastikan akan mengalami kesepian politik karena ditinggalkan orang-orang di sekitarnya, terutama para pimpinan atau ketua umum partai politik. 

Alhasil, menjelang lengsernya dari kursi presiden, para politisi itu justru sibuk mencari "cantolan baru" dan koalisi baru untuk mempertahankan dan memperpanjang kekuasaannya. Karena dianggap sudah tamat atau selesai.

Jangankan yang pada kepemimpinan periode kedua banyak menimbulkan kontroversi. yang dikenal luas sebagai pemimpin Orde Baru sangat kuat dan berpengaruh karena berkuasa selama 32 tahun, banyak dikhianati oleh orang-orang kepercayaannya saat menjelang lengser.

Karena itu harus ekstra waspada agar kepemimpinannya berakhir husnul khotimah (berakhir dengan baik), bukan suul khotimah (berakhir tidak baik). Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah segera bersikap dan tampil sebagai negarawan. Bukan politisi pragamatis yang meninggalkan jejak atau kebijakan negatif.

Terutama terkait calon penggantinya, baik presiden maupun wakil presiden. Tegasnya, harus mengusung calon presiden dan calon wakil presiden yang benar-benar memikirkan nasib rakyat Indonesia, punya komitmen kuat terhadap Pancasila dan NKRI, bukan justru memperpanjang oligarki dan kepentingan sesaat, apalagi koruptif yang menyengsarakan bangsa Indonesia.

Ingat! Indonesia ke depan butuh strong leader, terutama dalam penegakan supremasi hukum dan pemberantasaan korupsi. Meminjam kredo Gus Dur: Indonesia tak akan hancur karena bencana atau perbedaan, tetapi karena moral bejat dan prilaku korupsi.

Maka pemberantasan korupsi menjadi keniscayaan untuk Indonesia tercinta. 

Nah, kepempimpinan akan husnul khotimah, jika berpijak pada kredo Gus Dur itu. Insyaallah. Wallahua’lam bisshawab.

M Mas’ud Adnan, alumnus Pesantren Tebuireng Jombang dan Pascasarjana Unair.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video