Sekali Tampil Rp 30 Juta, Dalang Remaja Anshor Mau Lanjutkan Sekolah ke Madrasah Aliyah | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Sekali Tampil Rp 30 Juta, Dalang Remaja Anshor Mau Lanjutkan Sekolah ke Madrasah Aliyah

Editor: MMA
Jumat, 07 April 2023 08:24 WIB

Dahlan Iskan bersama Muhammad Yusuf Anshor. Foto: disway

Baru itungan ratusan ribu rupiah.

Orang ternyata senang. Lihatlah suluknya, nyaris sempurna. Ketika mengucapkan dialog, Anshor bisa menyembunyikan suara remajanya. Suaranya begitu dewasa saat di pakeliran. Keruan saja di kelas 3 SMP sekarang ini yang nanggap Anshor sudah begitu banyak.

"Lebaran hari kedua nanti pun sudah mendalang di sebuah acara perkawinan," ujar sang

ayah. Kini sang ayah merangkap manajer Anshor. Mirip ayah penyanyi "Ojo dibanding-

bandingke" Farel Prayoga.

Di hari Lebaran nanti itu bukan hanya di hari kedua yang di-book. Juga hari ketiga, keempat, kelima, ke enam dan ketujuh. "Enam hari berturut-turut," ujar sang ayah.

Begitu laris.

Sudah bisa pasang tarif. Inilah anak kelas 3 SMP yang sudah punya tarif Rp 30 juta/tampil semalam. Tentu itu harus dipotong sewa gamelan, honor penabuh dan sinden –penyanyi lagu- lagu Jawa.

Anshor telah jadi seniman Jawa yang membanggakan.

Setelah menonton lebih 10 penampilan Anshor di YouTube saya berkesimpulan anak ini punya bakat yang luar biasa. Tidak mudah menjadi dalang. Ia harus vokalis, komedian, teater, sinematograf, penari dan gabungan begitu banyak kesenimanan.

Waktu berjumpa di teras rumahnya, rumah bapaknya, saya sampaikan pertanyaan yang saya simpan sejak di jalan antara Madinah-Tabuk: mengapa tidak mengikuti jenis suara dalang Seno untuk tokoh Sengkuni. Saya tidak puas dengan suara Anshor untuk tokoh Sengkuni.

Kurang pas. Kurang "pengkhianat".

Ternyata Anshor sengaja ingin membuat suara Sengkuni seperti itu. "Sengaja saya buat nggece," ujar Anshor. Saya tidak paham bahasa apa itu nggece." Seperti suara dalang Hadi Sugito," ujarnya.

"Dalang terkenal dari Yogyakarta itu?" tanya saya.

"Iya," jawabnya.

"Lho, beliau kan sudah meninggal jauh sebelum Anda lahir?" tanya saya.

"Saya lihat di YouTube,"jawabnya.

Saya senang berada di Desa Katongan, Nglipar, ini. Apalagi di senja hari seperti ini. Padi menghijau, langit memerah dan perut lapar puasa mencapai puncaknya.

Saya tidak mau merepotkan tuan rumah. Saya pamit menjelang saat berbuka puasa. Ibunda Anshor bergegas menyusulkan tas kresek plastik. "Bisa untuk berbuka di jalan," katanyi.

Isinya lengkap sekali: empat botol air putih, ketela rebus, lepet dibungkus daun kelapa dan kacang rebus.

Saya pun menuju Yogyakarta. Bos Rich Hotel sudah menanti saya untuk makan malam di hotelnya yang gandeng dengan Yogyakarta Mall itu. Saya juga sudah janji untuk salat malam di masjid Jagakaryan dan disambung ke pondok Krapyak di dekatnya.

"Anda sudah punya jadwal begitu padat untuk mendalang. Masih tertarik meneruskan ke

SMA?" tanya saya.

"Harus," jawabnya.

"Ke SMA mana?"

"Ke Madrasah Aliyah Negeri Wonosari," jawabnya.

Saya pun mengayunkan tangan kanan. Ia pun menyambut dengan menaikkan telapak tangan kanannya: toast! (Dahlan Iskan)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video