Bagaimana Posisi Kitab Suci Lainnya Usai Al-Quran Diturunkan? | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tanya-Jawab Islam: Bagaimana Posisi Kitab Suci Lainnya Usai Al-Quran Diturunkan?

Editor: Revol
Senin, 27 April 2015 15:33 WIB

Dr. KH Imam Ghazali Said

>>>>>> Rubrik ini menjawab pertanyaan soal Islam dalam kehidupan sehari-hari dengan pembimbing Dr. KH. Imam Ghazali Said. SMS ke 081357919060, atau email ke bangsa2000@yahoo.com. Jangan lupa sertakan nama dan alamat. <<<<<<

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Kiai yang terhormat, perkenankan diri saya bertanya; setelah Al-Quran diturunkan, bagaimana posisi dan nasib ajaran-ajaran tiga kitab suci: Taurat, Zabur dan Injil yang turun sebelum Al-Quran? Mohon penjelasan!

Ny. Satoto, Pasuruan.

Jawaban:

Perlu diketahui bahwa secara umum ajaran para Nabi sejak nabi Adam sampai nabi Muhammad saw itu tidak mengandung ajaran yang berbeda secara substantif. Perbedaan hanya terjadi pada ajaran-ajaran yang bersifat teknis dan aplikatif, yang dalam bahasa Al-Quran disebut syariat. Syariat dalam ajaran kitab-kitab suci yang diturunkan Allah pada para Nabi-Nya memang memberi peluang untuk berbeda sesuai zaman, lokasi dan kemampuan bangsa yang menjadi sasaran ajaran suci tersebut. Sedang ajaran pokok yang bersifat teologis (ajaran yang terkait dengan Allah dan sifat-sifat yang terkait) itu tidak ada perbedaan.

Dengan demikian, kitab suci Taurat yang diturunkan kepada nabi Musa (1527-1407 SM), kitab Zabur yang diturunkan kepada nabi Daud (1041-971 SM) dan kitab Injil yang diturunkan kepada nabi Isa (1 SM – 32 M), dalam pemahaman kaum Muslim itu berlaku pada zaman dan bangsa yang menjadi sasaran dakwah ketika tiga kitab suci itu diturunkan.

Jadi, kaum Muslim secara teologis wajib beriman pada kebenaran para Nabi sekaligus kitab-kitab suci yang diturunkan kepada mereka. Al-Quran dan penjelasan hadis hanya menyebutkan empat kitab suci yang diturunkan kepada para Nabi seperti yang Ibu tanyakan.

Kaum Muslim hanya diwajibkan mempercayai bahwa kitab-kitab suci tersebut pada masa para Nabi yang menjabarkannya itu benar. Kaum Muslim awam dianjurkan untuk pasif menanggapi isi kitab suci yang dimodifikasi jauh setelah para Nabi tersebut wafat. Karena kemungkinan besar telah terjadi perubahan dan penyelewengan (tahrif) terhadap substansi sebagian isi kitab suci oleh tokoh-tokoh agama yang datang setelah para Nabi tersebut.

Sikap ini adalah implementasi dari sabda Nabi yang maksudnya menyatakan: “Jika Anda ditanya tentang kitab-kitab suci, maka janganlah Anda membenarkan atau mendustakannya. Sebab, jika anda membenarkannya, ada kemungkinan substansi ajaran kitab suci tersebut sudah diselewengkan; dan jika Anda menganggap dusta, ada kemungkinan ajaran tersebut berasal dari Allah Swt.” (Hr. Muslim).

Persoalannya, dalam perspektif umat yang berpegang teguh pada keyakinan dan kebenaran masing-masing kitab suci, mereka hanya meyakini kitab sucinya sendiri sekaligus mereka menentang kitab suci yang turun setelahnya.

Misalnya kaum Yahudi sampai saat ini hanya meyakini kebenaran nabi Musa dan kitab Taurat yang dibawanya, sekaligus mereka menentang dan tidak meyakini kebenaran nabi Isa dan kitab Injil. Bagi mereka nabi Isa itu adalah anak zina yang menjijikkan. Demikian juga sikap kaum Yahudi terhadap nabi Muhammad dan kitab suci Al-Quran. Sedang umat Nasrani meyakini kebenaran nabi Isa (bahkan mereka menuhankannya) sekaligus beriman pada kebenaran kitab Injil yang diturunkan kepadanya.

Berbeda dengan kaum Yahudi yang anti nabi Isa, kaum Nasrani meyakini kebenaran nabi Musa sekaligus kitab Taurat yang diturunkan kepada nabi Musa. Kitab Taurat ini dalam perspektif kaum Nasrani menjadi satu bagian dari kitab Injil yang diturunkan kepada nabi Isa. Gabungan dua kitab suci: Injil dan Taurat itulah yang mereka beri nama Bible. Kitab Taurat mereka istilahkan sebagai Perjanjian Lama sedang kitab Injil mereka istilahkan sebagai Perjanjian Baru. Dua kitab suci Taurat dan Injil inilah yang menjadi pedoman hidup kaum Nasrani sekarang.

Berbeda dengan sikap terhadap Taurat dan nabi Musa, kaum Nasrani sangat tidak meyakini kebenaran Al-Quran sekaligus kenabian Muhammad saw. Untuk itu, tidak aneh jika dalam suatu waktu - karena satu dan lain hal – mereka bisa menghina Al-Quran atau nabi Muhammad. Itu karena dorongan mereka menganggap bohong ajaran Al-Quran dan nabi Muhammad.

Karena itu, umat beragama yang paling toleran dalam menghadapi kaum Yahudi dan Nasrani adalah kaum Muslim. Ini karena ajaran Al-Quran dan instruksi nabi Muhammad mewajibkan kita meyakini kebenaran Nabi-nabi dan kitab-kitab suci yang sebagian kisahnya disebutkan dalam Al-Quran dan hadis Nabi. Demikian penjelasan yang bisa saya kemukakan. Semoga Ibu mafhum. Wallahu a’lam.

 

 Tag:   tanya jawab

Berita Terkait

Bangsaonline Video