Petrokimia Gresik dan PTPN Grup Perluas Kerja Sama Program Makmur di Lima Provinsi
Editor: Rohman
Wartawan: Syuhud
Selasa, 22 Maret 2022 23:13 WIB
Direktur Pemasaran PT Pupuk Indonesia (Persero) selaku induk holding Petrokimia Gresik, Gusrizal, menyebut Menteri BUMN, Erick Thohir, telah membentuk Project Management Office (PMO) Makmur, dengan komoditas utama padi, jagung, tebu, dan kopi.
“Untuk itu, kami meminta kepada seluruh anak perusahaan dan perusahaan afiliasinya untuk ikut membantu perluasan program Makmur,” kata Gusrizal.
Sementara itu, Direktur Utama holding PTPN III, Mohammad Abdul Ghani, secara virtual menyatakan bahwa pangan merupakan isu global, di mana kepentingan nasional atau national interest ke depan akan semakin meningkat. Untuk itu, perusahaan BUMN seperti Pupuk Indonesia, PTPN, ID Food, dan sebagainya, dituntut untuk bisa meningkatkan kemandirian dan kedaulatan pangan, salah satunya melalui kolaborasi dalam Program Makmur.
Ghani juga meyakini, kolaborasi perusahaan BUMN melalui kemitraan Program Makmur dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas petani. Karena dalam ekosistem ini semua sarana produksi yang dibutuhkan akan dapat terpenuhi secara tepat waktu dan dengan harga terjangkau.
“Selain itu tentunya pendampingan budidaya dari Pupuk Indonesia dan PTPN grup diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan produksi nasional, yang bermuara kepada kesejahteraan petani,” ucap Ghani.
Program Makmur merupakan program Kementerian BUMN yang bertujuan untuk menciptakan suatu ekosistem budi daya pertanian yang berkelanjutan dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai stakeholder di bidang sektor pertanian. Ada tujuh BUMN yang ditunjuk Kementerian BUMN sebagai penanggungjawab program ini, yaitu ID Food, Pupuk Indonesia, PTPN III, Perhutani, BRI, Askrindo, dan Asuransi Jasindo.
Target Program Makmur yang dipercayakan Pupuk Indonesia kepada Petrokimia Gresik di tahun 2022 meningkat lima kali lipat dari tahun 2021, dari 16.000 hektare menjadi 85.000 hektare. Rinciannya 40.000 hektare untuk komoditas pangan (padi, jagung dan kedelai), 37.000 hektare untuk komoditas perkebunan (tebu dan kelapa sawit), serta 8.000 hektare untuk hortikultura (bawang merah, benih hortikultura, kentang dan cabai). (hud/mar)