​Mantan Teroris Ali Imron: Radikal itu Tak Mau Duit, Yang Setengah Radikal Mau Uang Pemerintah

​Mantan Teroris Ali Imron: Radikal itu Tak Mau Duit, Yang Setengah Radikal Mau Uang Pemerintah Ali Imron. foto: ist

Ketika berhasil meledakkan bom Bali, mereka berkumpul di rumah kontrakan Abdul Matin di Solo. Saat itulah masing-masing itu diberi uang Rp 500 ribu. “Uang Rp 500 ribu suruh kabur dari Lamongan sampai mana,” katanya. 

Ia juga bercerita, kenapa dirinya tumbuh menjadi dan . Ia mengaku menjadi sejak kelas 5 SD. Saat itu ia sekolah di GUPPI, lembaga pendidikan milik milik Golkar. GUPPI , tempat sekolah Ali Imron ini, kemudian jadi LP Maarif. Menurut dia, di GUPPI dan LP Maarif tak ada pelajaran

Lalu kenapa ia menjadi ? Ia mengaku dipengaruhi kakaknya, Mukhlas, yang sekolah di Pesantren Ngruki pimpinan Ustadz Abu Bakar Baasyir. "Kalau liburan dia kan pulang," kata Ali Imron.

Saat pulang itulah, Muchlas selalu mempengaruhi Ali Amron. "Saat itu presidennya kan Soeharto. Jadi Soeharto itu (menurut Mukhlas) thoghut, Pancasila itu thoghut," kata Ali Imron. Mukhlas sendiri kemudian diekskusi karena jadi pimpinan peledakan bom Bali

Padahal ayah Ali Imron itu sebenarnya carik atau sekretaris desa. "Namanya carik kan di rumah itu ada gambar wakil presiden, presiden, dan Pancasila," katanya.

Tapi karena terpengaruh Mukhlas yang nota bene anak didik Abu Bakar Baasyir, akhirnya Ali Imron antipati terhadap Pancasila. "Saya turunkan gambar presiden, wakil presiden dan lambang negara, garuda itu. Jadi saya kelas 5 SD itu sudah ," katanya.

Karena itu ia mengingatkan agar pendidikan sejak dini itu harus dijaga agar tidak terpengaruh isme. "Tapi orang NU gak perlu resah. Karena selama ini gak ada orang NU yang gabung dengan kami," kata Ali Imron. (tim)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO