Mewaspadai Jalan Kekerasan Politik Versi Timur Tengah

Mewaspadai Jalan Kekerasan Politik Versi Timur Tengah Khariri Makmun

Kecurigaan mengenai masuknya elemen islam politik trans nasional di tengah perhelatan sangat terasa. Aura kebencian dan perpecahan yang didesain untuk membuat gangguan stabilitas dan kekacauan begitu dekat kita rasakan.

Jika tidak diwaspadai, kondisi gerakan islam politik trans nasional di Indonesia akan melaju kencang tanpa kontrol dan perlahan-lahan menabrak apa saja termasuk menabrak konstitusi, menabrak, falsafah bernegara, menabrak sistem politik serta menabrak islam sendiri, sebagai agama dan norma yang moderat.

Di tengah kekeringan wacana keagamaan yang moderat dan humanis, maka tak ada salahnya bagi kita untuk kembali pada cara pandang guru bangsa kita yaitu Gus Dur dalam mengharmoniskan hubungan antara agama dan negara.

Menurut Kiai Hasyim Muzadi saat menyampaikan orasi ilmiah di Monash University, Australia, Gus Dur membawa agama melalui tiga pendekatan yang sangat luas dan fleksibel.

Pertama, Pendekatan filosofis, makna dari agama itu sendiri. Agama Tidak sekedar teks dari agama itu.

Kedua. Etis, agama ditampilkan sebagai nilai-nilai kesopanan universal.

Ketiga, Humanis: menghadirkan agama sebagai persaudaraan kemanusian yang utuh.

Ketiga pendekatan ini mengalahkan pendekatan legal formal atau hukum-hukum fikih, tetapi selalu mencari alternatif apa yg sebaiknya baik utuk manusia.

Gus dur bertumpu pada esensi agama bukan pada hukum legal formal agama.

Yang tidak dilepas oleh gus dur adalah teologi. Tapi wujud dari teologi itu harus tampil dalam bentuk etika, humanisme dan folosofi.

Jika 3 Pendekatan yang dilakukan oleh Gus Dur ini diletakkan pada konsepsi hubungan antara agama dan negara atau antara islam dan politik, maka hubungan keduannya akan harmonis dan tidak menimbulkan ketegangan.

Kultur politik Indonesia tidak sama dengan kultur politik Timur Tengah, meski pengaruh pemikiran politik islam sama-sama kuat di kedua wilayah ini, akan tetapi perbedaan budaya dan karakter masyarakat menjadi alasan kenapa politik di Timur Tengah berbeda dengan politik di Indonesia.

Berkaca dari pengalaman negara-negara Timur Tengah yang dihancurkan oleh prilaku politik yang berlandaskan pada penafsiran teks-teks agama yang sempit, kaku dan menghalalkan kekerasan maka saatnya seluruh komponen bangsa menyadari bahwa bekerjasama dengan kelompok ini akan mengakibatkan Indonesia menuju pada masa depan yang suram serta jatuh dalam jurang kehancuran.

*Penulis adalah Peneliti Institute Hasyim Muzadi (IHM), Direktur Moderation Corner

Sumber: *Khariri Makmun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO