Jadi Indonesia Dong, Sob!

Jadi Indonesia Dong, Sob! Rosdiansyah, Peneliti JPIPNetwork.

Itulah sekelumit suasana gen Z. Generasi internet yang mampu menggabungkan beberapa kegiatan dalam satu saat yang sama. Misal, nge-tweet sambil selancar di mesin pencari, sekaligus mengunduh tembang-tembang anyar dari situs. Aktivitas tak lagi secara berurutan, tapi dikerjakan dalam satu tempo yang sama.

Merawat Kesadaran

Sumpah Pemuda yang dikumandangkan kaum muda-mudi tahun 1928 tentu berjarak waktu dari sekarang, 2022. Sudah nyaris seabad. Seluruh peserta Kongres Sumpah Pemuda 27—28 Oktober 1928 di Batavia adalah generasi perang dunia I. Pimpinan Kongres , lahir tahun 1905 di Tuban. Sekretarisnya, Mohammad Yamin, lahir tahun 1903 di Minangkabau. Bendaharanya, Amir Syarifuddin, lahir tahun 1907 di Medan. Komponis Lagu Raya yang dinyanyikan saat Kongres, Wage Rudolf Supratman, lahir 1903.

Dari tahun kelahiran masing-masing itu bisa dibayangkan, rata-rata usia peserta Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda tersebut adalah 20-an tahun. Usia produktif yang sangat idealis. Mereka melepas baju kedaerahan, berkumpul, lalu mengumandangkan tiga kredo kebangsaan yang tetap diingat hingga kini dan mendatang. Satu tumpah darah, Tanah Air . Satu bangsa, Bangsa . Satu bahasa, Bahasa .

Ketiganya mengacu pada rasa dari penampakan lahiriah. Berbeda lokasi daerah, tapi satu tanah-air. Berbeda tampilan antropologis serta etnik tapi satu bangsa. Berbeda logat serta tata bahasa daerah, tapi satu bahasa nasional. Ketiganya merupakan proyeksi kebangsaan menjelang pertengahan abad 20. Itulah gairah muda-mudi mewujudkan kesadaran berbangsa. Mempertautkan tiga perbedaan penting ke dalam satu kesatuan.

Tentu saja, saat itu belum ada facebook, tak ada , apalagi aplikasi-aplikasi lainnya. Yang ada hanyalah media cetak. Media ini jadi sarana penyebaran gagasan. Radio apalagi televisi, masih belum ada. NIROM, Radio Hindia-Belanda, baru didirikan tahun 1934. Enam tahun setelah Kongres Sumpah Pemuda 1928. Maka, praktis hanya media cetak dan juga pamflet, yang menjadi sarana penyebar gagasan.

Gagasan yang tunggal. Itulah makna Sumpah Pemuda. yang tak terpisah-pisah walau ada perbedaan d iantara kita. Dalam konteks ini, tentu saja gagasan tersebut jadi lebih relevan bagi .

Kesadaran ketunggalan perlu disebar melalui berbagai aplikasi. Jangan cuma ada 'Mobile Legend' untuk hiburan, tapi usahakan juga ada ' Legend', juga untuk hiburan, sekaligus melanggengkan cita-cita kebangsaan kita. Dan di situlah generasi Z bisa berperan lebih aktif, produktif sekaligus proaktif dalam merawat kesadaran berbangsa. So, jadi dong, Sob!**

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO