Senator Lia dan Bupati Gus Barra Ingatkan Penguatan Empat Pilar Kebangsaan

Senator Lia dan Bupati Gus Barra Ingatkan Penguatan Empat Pilar Kebangsaan Dr. Lia Istifhama, Anggota MPR/DPD RI Dapil Jawa Timur menggelar Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan MPR RI di Pendopo Kabupaten Mojokerto. Foto: Ist.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Anggota MPR/DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama, kembali menggaungkan pentingnya penguatan Empat Pilar Kebangsaan sebagai fondasi utama menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di era global.

Hal ini disampaikannya saat ia menyelenggarakan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Pendopo Pemerintah Kabupaten Mojokerto, Selasa, 29 Juli 2025.

Senator yang akrab disapa Ning Lia itu menegaskan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika adalah senjata utama bangsa dalam menghadapi derasnya intervensi asing dan tantangan globalisasi.

"Kita ingin hidup damai, tapi apakah kita mampu membendung pengaruh negara-negara adidaya. Apakah kita cukup kuat menjaga identitas dan kedaulatan bangsa jika tidak bersatu dan paham nilai-nilai kebangsaan," kata Ning Lia, dalam keterangannya, Rabu (30/7/2025).

Senator cantik ini menyerukan pentingnya peran orang tua dalam membentengi generasi muda dari pengaruh negatif globalisasi.

"Menjadi agen ketahanan bangsa bisa dimulai dari rumah. Orang tua harus mengajarkan identitas nasional kepada anak-anak. Katakan pada mereka, kamu anak Indonesia, kamu tinggal di Indonesia, darahmu Indonesia. Maka cintailah negeri ini sepenuh hati," pesannya.

Ia juga menekankan bahwa pendidikan karakter tidak boleh berhenti di aspek sosial saja, tetapi juga harus ditanamkan nilai-nilai spiritual.

Ning Lia menekankan di tengah arus globalisasi, intervensi dan pengaruh negara-negara adidaya menjadi ancaman yang perlu diwaspadai.

"Kita berbicara tentang dunia global. Kita ingin hidup damai, tetapi bisakah kita membendung intervensi atau pengaruh dunia lain, terutama negara-negara adidaya, agar tidak merusak negara kita? Bisakah kita membentengi itu?" ujarnya.

Terpisah, Bupati Mojokerto Muhammad Al Barra mengingatkan akan rapuhnya sebuah negara jika tidak memiliki fondasi yang kuat.

Ia membagikan pengalamannya saat kuliah di Mesir di tengah gejolak revolusi yang menggulingkan rezim Hosni Mubarak.

"Saya melihat sendiri bagaimana negara yang aman berubah jadi mencekam. Saat itu, semua tahanan dibebaskan dan dipersenjatai. Rakyat berhadapan langsung dengan narapidana bersenjata. Toko tutup, makanan langka. Bahkan kami dikirimi rendang dan nasi goreng awetan dari TNI, yang harus dihangatkan pakai lilin," kenangnya.

Menurutnya, pengalaman itu adalah pelajaran berharga bahwa ketika nilai kebangsaan dan persatuan runtuh, maka negara bisa terjerumus dalam kekacauan total. Gus Barra juga menyampaikan pentingnya cinta tanah air sebagai bagian dari iman.

"Mencintai tanah air adalah hukum alam dan bagian dari iman. Bahkan saat dibombardir, rakyat Palestina tetap bertahan. Mereka tidak lari karena merasa memiliki tanah itu. Berbeda dengan Israel yang warganya banyak lari ke negara lain karena tidak merasa sebagai pemilik sejati," pungkasnya. (mdr/rev)