PASURUAN, BANGNSAONLINE.com – Ketua Umum PP Muslimat NU yang juga calon Gubernur Jawa Timur nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa memanen bunga sedap malam di Desa Pekoren Rembang, Kabupaten Pasuruan, Ahad (29/9/2024).
Di lahan seluas satu hektar milik Slamet dan putrinya Karen tersebut Khofifah membersamai para petani milenial dan warga panen bunga sedap malam yang harumnya menjadi favorit masyarakat.
Baca Juga: Dicurhati Pedagang Wonokromo, Khofifah: Pasar Tradisional Harus Tersentuh Digitalisasi
Khofifah sengaja menyempatkan diri melakukan panen bersama petani bunga sedap malam sekaligus untuk mendengar aspirasi dari mereka.
“Jadi sebenarnya ada potensi pasar yang besar yang belum terpenuhi untuk bunga sedap malam ini. Nah karena potensi besar maka yang harus dilakukan untuk mengembangkan usaha ada dua, yaitu bisa ekstensifikasi atau juga intensifikasi,” kata Khofifah dalam rilis yang diterima BANGSAONLINE, Senin (30/9/2024)
Bunga sedap malam yang memiliki nama latin Polianthes tuberosa ini cukup banyak diminati masyarakat karena baunya yang harum. Bahkan juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan penting. Seperti acara nikahan, untuk aromatherapy, dan cukup banyak dijadikan untuk bahan kosmetik.
Baca Juga: Khofifah: Terima Kasih Kontribusi Muhammadiyah dalam Peningkatan Kualitas SDM
Menurut Khofifah, apa yang dilakukan oleh Pak Slamet tentang pengembangan bunga sedap malam di sini adalah ekstensifikasi. Mereka membuka lahan baru penanaman bunga sedap malam seluas satu hektar.
Hal ini dilakukan karena permintaan bunga sedap malam memang terus meningkat. Bahkan pemasaran bunga dari sini sampai menjangkau Pulau Dewata Bali.
“Nah sekarang kita bicara intensifikasi. Setelah diidentifikasi, yang diperlukan di sini adalah pemupukan dan pengairan. Soal pupuk, ini ternyata masih terjadi kendala. Dimana untuk tanaman bunga sedap malam ini pupuknya kategori non subsidi sementara skalanya masih pada UKM,” ujar Khofifah.
Baca Juga: Kunjungi Kampung Batik di Bangkalan, Luluk Dukung Perekonomian dan Budaya Lokal
Pemilik lahan menyampaikan pada Khofifah bahwa cost produksi bunga sedap malam 50 persennya adalah untuk pupuk non subsidi.
Menurut Khofifah, hal ini harus dibahas di tingkat kabupaten dulu supaya masuk pada e-RDKK untuk pemupukan. Harapannya nanti penyediaan pupuk untuk petani bunga sedap malam bisa masuk dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompoktani (RDKK).
“Supaya dibahas kembali pada kategori dan sektor berskala seperti apa yang masuk non subsidi dan pada sektor dengan skala seperti apa yang masuk subsidi,” ujar Khofifah.
Baca Juga: Pemilik Kafe di Ruko Gempol 9 Keluhkan Pungutan Rp80 Ribu per Hari, Minta Pertanggungjawaban
“Karena kalau untuk usaha bunga sedap malam seperti ini, yaitu skala kecil menengah, seyogyanya masih dapat kuota untuk pupuk subsidi,” kata Khofifah.
Ketika mereka bisa mendapatkan jatah pupuk subsidi, maka peningkatan kesejahteraan bagi pada petani bisa diperjuangkan. Sebab menurut pemilik lahan, keuntungan bersih untuk satu hektar tanaman sedap malam adalah Rp 7 juta per bulan.
“Namun kalau misalnya bisa mendapatkan support dari pupuk subsidi dengan skala tertentu, mereka kira-kira bisa dapat tambahan untung sekitar Rp 3 juta per bulan. Sehingga bisa menambah income dari petani bunga sedap malam menjadi Rp 10 juta per bulan,” tegas Khofifah.
Baca Juga: Khofifah Didoakan Dua Putra Pendiri NU dan Pengasuh PP Sidogiri Jadi Gubernur Dua Periode
Khofifah juga menegaskan bahwa pihaknya terus mendorong tumbuhnya petani milenial di Jawa Timur. Terutama karena berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2023 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, petani milenial di Jatim menjadi yang terbanyak dan menduduki peringkat pertama nasional.
Jumlahnya mencapai 971.102 orang, atau sebesar 15,71 persen dari total petani se-Indonesia sebanyak 6.183.009 orang. Jumlah tersebut mengungguli Provinsi Jawa Tengah sebanyak 625.807 petani, Jawa Barat 543.044 petani, Sumatera Utara 361.814 petani, Sumatera Selatan 340.436 petani, Lampung 337.487 petani, Sulawesi Selatan 272.817 petani, NTB 225.483 petani, NTT 225.185 petani dan Aceh 222.879 petani.
“Semangat milenial Jatim untuk berkarya di sektor pertanian begitu tinggi. Petani milenial menjadi indikator tingkat regenerasi di sektor pertanian di Jatim. Sekaligus, menunjukkan pemanfaatan teknologi digital yang diharapkan yang dapat menciptakan pertanian modern yang produktif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Baca Juga: Kontroversi Karnaval Budaya Barikade Gusdur Vs FUIB Pasuruan Buahkan Kesepakatan dari Mediasi
Menurut hasil Sensus Pertanian 2023 BPS Pusat, petani milenial ada pada usia rentang 19-39 tahun di Jatim mencapai 15,71 persen dari total Indonesia atau terdapat 971.102 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News