Khofifah Cagub Tiada Lawan: Populis, Teknokratis, Spiritualis dan Tawadlu' Kiai

Khofifah Cagub Tiada Lawan:  Populis, Teknokratis, Spiritualis dan Tawadlu Para ibu-ibu Muslimat NU berebut menyalami Khofifah Indar Parawansa yang merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU. Foto: Humas Pemprv Jatim

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Jabatan Khofifah Indar Parawansa sebagai gubernur Jawa Timur berakhir pada 13 Februari 2024 lalu. Arek Wonocolo Suroboyo itu menjabat gubernur Jatim 5 tahun persis. 

Kini Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU itu memutuskan untuk maju kembali sebagai calon gubernur Jawa Timur. Untuk priode kedua.

Yang menarik, Pj Gubernur Jawa Timur juga dijabat orang kepercayaannya: Adhy Karyono. Birokrat asal Cirebon Jawa Barat itu sebelumnya menjabat Sekrertaris Daerah (Sekda) Pemprov Jatim. Ini berarti relasi politik Khofifah dengan pemerintah pusat cukup kuat.

Secara elektoral, diakui atau tidak, Khofifah tiada lawan. Insyaallah. Tak perlu survei. Secara common sense saja publik sudah paham. Bahwa Khofifah adalah kandidat gubernur Jawa Timur terkuat.

Kekuatan elektoral Khofifah juga tak tergantung pendamping (cawagub). Bahkan disandingkan dengan - maaf –kambing pun, Khofifah diyakini menang.

Banyak sekali faktor Kenapa saya yakin Khofifah tiada lawan.

Pertama, Khofifah sangat . Merakyat. Khofifah bukan tipe pemimpin belakang meja. Kakinya gatal jika sehari saja tak bertemu rakyatnya. Karena itu ia tak pernah absen turun ke daerah. Saat Covid-19 sekalipun.

Nah, silaturahim itu menjadi kekuatan utama Khofifah. Dengan siapa pun dan kalangan mana pun. Hebatnya lagi, di sela kunjungan kerjanya Khofifah kerap menyelinap menemui orang kecil.

Tahun lalu, ketika menghadiri HUT ke-23 HARIAN BANGSA, Khofifah mampir di rumah penjual onde-onde. Rumah kontrakan. Sekaligus tempat produksi onde-onde. Tak jauh dari kantor HARIAN BANGSA. Bahkan tetangga. Di Jalan Cipta Menanggal I Surabaya. 

Khofifah masuk ke rumah sempit itu. Pemilik onde-onde kaget sekaligus girang. Merasa surprise.

Ketika Khofifah pulang, saya datangi penjual onde-onde itu. Ngobrol. Ia  berterimakasih karena bisa foto bersama Khofifah. Dan sampai sekarang ia dan para karyawannya selalu mengingat peristiwa itu.

Memang sempat muncul kritik soal penataan birokrasi di Pemrpov Jatim. Khofifah dianggap jarang di kantor. Terlalu banyak turba. Orang yang gak suka mengistilahkan sering “manggung”. Padahal Khofifah turba untuk kunjungan kerja. 

Tiada gading yang tak retak. Begitu juga Khofifah. Apalagi awal periode pertama bagi Khofifah merupakan masa transisi sekaligus adaptasi.

Kini secara perlahan – namun pasti – birokrasi di Pemprov Jatim telah tertata. Suara sumbang - sering "manggung" - pun lenyap. Bagai ditelan bumi. 

Yang menarik, dalam menata birokrasi Pemprov Jatim Khofifah tak hanya memakai pendekatan Max Weber . Yang rasional organisatoris. Tapi juga memberi ruh spiritualitas. Dalam berbagai dimensi.

Antara lain, mengajak para birokrat yang dipimpinnya puasa sunnah: puasa 41 hari, puasa ayyamul bidh dan amalan spiritual lainnya. Untuk mengunduh barokah langit. Demi tugas atau Amanah yang dipanggulnya.

Khofifah melakukan itu dengan penuh keyakinan. Bahkan enjoy, karena laku spiritual itu bagian dari budaya hidup pribadi sehari-harinya.

Kedua, Khofifah memiliki kemampuan . Ini fenomena menarik dari seorang Khofifah. Seorang pemimpin kharismatik tapi juga punya kemampuan .

Setidaknya itulah penilaian Dahlan Iskan, tokoh pers sekaligus mantan Meteri BUMN. Yang dikenal piaawai dalam manajemen.

Menurut Dahlan Iskan, Khofifah mengalami transformasi. Dari seorang pimpinan ormas menjadi teknokrat. Ya, artinya Khofifah memiliki kemampuan

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO