Kiai Dihina Habis-Habisan, Kiai Wahab dan Kiai Chalim Minta Restu Hadratussyaikh Dirikan NU

Kiai Dihina Habis-Habisan, Kiai Wahab dan Kiai Chalim Minta Restu Hadratussyaikh Dirikan NU Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA dan para pembicara lain dalam Halaqah tentang Perjuangan KH Abdul Chalim dalam acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) di Masjid Kampus Institut Pesantren KH Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto, Jawa Timur, Senin (20/3/2023). Foto: bangsaonline.com

Menurut Gus Bara, Mbah Wahab sangat tawadlu, terutama kepada Hadratussyaikh. “Mbah Wahab tak mau melancangi Kiai Hasyim Asy’ari. Mbah Wahab bahkan mengatakan bahwa organisasi yang didirikan itu, yang megang harus guru saya (Hadratuussyaikh),” tutur Wakil Bupati Mojokerto itu.

Alumnus Universitas Al-Azhar Mesir itu mengatakan, Mbah Wahab bisa saja mendirikan tanpa restu Hadratussyaikh. “Misalnya, saya ketua, sampean Kiai Chalim sekretaris,” kata Gus Barra. Tapi itu tak dilakukan karena Mbah Wahab sangat tawaddlu. “Itulah kehebatan akhlak Mbah Wahab,” kata Gus Bara.

Kiai Asep Saifuddin Chalim mengamini apa yang disampaikan Gus Bara. Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu mengatakan bahwa tujuan didirikan, selain untuk merespon penggusuran tradisi, amaliah dan situs-situs Islam bersejarah, termasuk makam Rasulullah, juga bertujuan untuk memerdekaan bangsa dari para penjajah, baik Inggris, Belanda, maupun Jepang dan Portugal. 

Menurut dia, pemikiran Gus Bara yang tertuang dalam disertasi itu sesuai dengan yang ditulis Kiai Abdul Chalim.

Tapi yang mengejutkan, Kiai Asep mengatakan bahwa lagu perjuangan yang ditulis Kiai Abdul Wahab ada tersendiri. “Syairnya benar-benar menyentuh,” kata putra ke-21 Kiai Abdul Chalim itu.

Berarti beda dengan lagu Yalal Wathon yang sekarang gencar dinyanyikan warga ?

“Saya gak tahu itu dari mana,” kata Kiai Asep. Ulama loman yang pengukuhan guru besarnya dihadiri Presiden Joko Widodo itu berjanji akan membedah lagu yang syairnya ditulis Kiai Abdul Wahab itu.

Senada dengan Gus Bara, Mas’ud Adnan menegaskan bahwa Kiai Wahab dan Kiai Chalim adalah dua anak muda organisator sangat hebat dan cerdas. Terbukti, kata Mas’ud, banyak sekali organisasi yang didirikan oleh Kiai Wahab dan Kiai Chalim pada usia muda.

“Mulai Tashwirul Afkar, Nahdlatut Tujjar, Nahdlatul Wathan dan organisasi lain,” kata CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE itu.

Namun, kata Mas’ud, untuk mendirikan , Kiai Wahab butuh legitimasi dan dukungan penuh Hadratussyaikh. Menurut dia, tanpa dukungan ulama berpengaruh, organisasi yang didirikan tak bisa langgeng. Buktinya, saat itu banyak sekali organisasi yang didirikan para aktivis dan pejuang, baik organisasi keagamaan maupun kebangsaaan dan kepemudaan. Tapi tak berlangsung lama.

“Nah, Hadratussyaikh saat itu ulama paling berpengaruh di nusantara,” kata Mas’ud Adnan. Bahkan fatwa-fatwa Hadratussyaikh inilah yang kemudian menjadia ruh dan ajaran utama . Diantaranya Qonun Asasi, Risalah Ahlussunnah dan seterusnya.

Ini berarti, kata Mas'ud, Kiai Wahab menunggu restu Hadratussyaikh bukan saja sikap tawaddlu tapi juga suatu kecerdasan dalam memahami situasi sosial politik dan keagamaan, baik dalam jangka pendek untuk melawan ejekan-ejekan kelompok lain dan meraih kemerdekaan RI maupun jangka panjang untuk masa depan warga

Mas'ud juga berkeyakian bahwa lamanya Hadratussyaikh memberikan restu kepada Kiai Wahab karena harus melakukan ikhtiar spiritual, minta petunjuk Allah melalui riyadhah. 

Mas’ud Adnan juga mengatakan bahwa Kiai Wahab dan Kiai Abdul Chalim adalah ulama yang telah mengalami transformasi pemikiran luar biasa. Ia memberi contoh soal Kiai Wahab mendirikan koran Soeara Nadlatoel Oelama.

Menurut Mas’ud, kalau bukan ulama berpikiran modern dan strategis tak mungkin Kiai Wahab dan Kiai Chalim berpikir tentang koran pada tahun 1920-an itu. Jangankan pada era 1920-an, sekarang saja banyak kiai yang belum paham tentang media perjuangan.

“Semua pergerakan dan perjuangan butuh media atau pers. Tanpa koran atau media perjuangan, gagasan yang kita sebar, tak akan efektif,” kata Mas’ud Adnan yang dikenal sebagai penulis sejumlah buku tentang , Gus Dur dan para tokoh itu. Diantaranya buku berjudul Gus Dur hanya Kalah dengan Orang Madura dan Kiai Miliarder Tapi Dermawan. Yang terakhir ini tentang succsess story Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA.

Menurut Mas’ud Adnan, salah satu redaktur koran Soeara Nahdlatoel Oelama itu adalah Kiai Abdul Chalim. Mas'ud meyakini bahwa Kiai Abdul Chalim sangat berperan penting dalam pendirian surat kabar itu. Bahkan bisa jadi Kiai Chalim yang banyak menyuport gagasan mengingat Kiai Abdul Chalim dikenal sebagai penulis.  

“Kiai Abdul Chalim adalah ulama yang dikenal sebagai penulis handal,” kata Mas’ud Adnan yang juga Wakil Ketua Pengurus Wilayah (PW) Pencak Silat Nadhlatul Ulama Pagar Nusa Jawa Timur.

Sementara Nur Kholiq Ridwan, salah seorang tim penulisan buku tentang Kiai Abdul Chalim, banyak mengemukakan hasil wawancaranya dengan sejumlah informan. Ia memuji ketokohan dan perjuangan Kiai Abdul Chalim yang dianggap sangat berperang penting, baik dalam mendirikan maupun sebagai pejuang kemerdekaan RI. Ia berjanji bahwa bukunya akan segera rampung dalam beberapa bulan ini. (MMA)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO