Dua Pabrik Farmasi Biang Kerok Tragedi Gagal Ginjal, Siapa Tersangka

Dua Pabrik Farmasi Biang Kerok Tragedi Gagal Ginjal, Siapa Tersangka Dahlan Iskan

JAKARTA, BANGSAONLINE.com Silang sengkarut mulai mendapatkan titik terang. “Akhirnya diketahui: dua pabrik farmasilah yang menjadi biang keroknya. Dua-duanya tidak terkenal: dari Medan dan PT Yarindo Farmatama dari Jakarta,” tulis Dahlan Iskan dalam tuisannya kali ini.

Tapi PT Yarindo mengaku juga sebagai korban. Loh? Lalu siapa tersangkanya?

Silakan baca tulisan wartawan kondang yang juga mantan Meteri BUMN itu di HARIAN BANGSA, Dahlan Iskan, di HARIAN BANGSA, Jumat (4/10/2022) pagi ini. Atau di BANGSAONLINE.com di bawah ini.

AKHIRNYA harus diakui, tindakan Menteri Kesehatan Budi Sadikin menyetop sementara peredaran obat sirup itu tepat. Sejak itu tidak terjadi lagi kasus gagal ginjal mendadak. Angka kematian akibat sirup itu berhenti di angka 159 anak.

Akhirnya juga diketahui: tidak semua obat sirup menjadi penyebab kematian masal.

Akhirnya diketahui: dua pabrik farmasilah yang menjadi biang keroknya. Dua-duanya tidak terkenal: dari Medan dan

Akhirnya dipastikan: penyebab semua itu adalah campuran obat yang disebut propilen glikol. Sampai di sini tidak ada masalah. Sepanjang mutu propilen glikolnya baik. Baik dalam arti tidak mengandung –bahan cemaran di dalam propilen glikol.

Prof Dr Mangestuti, guru besar farmasi Unair punya penjelasan yang bagus.

Beli propelin glikol itu seperti beli beras. Beras yang kualitasnya baik semuanya biji beras. Tapi beras yang kurang baik kadang ada kerikilnya. Juga masih ada gabah ya –beras yang masih ada kulitnya. Kerikil dan gabah disebut cemaran beras.

Cemaran propelin glikol disebut . Propelin glikol yang baik tidak mengandung dua cemaran itu. Kalau toh ada tidak boleh melebihi 0,1 mg/ml.

Dari pemeriksaan BPOM jumlah kandungan cemaran di propelin glikol itu sangat berlebihan: sampai 48 mg/ml. Padahal batas amannya hanya boleh 0,1mg/ml.

Ibaratnya Anda beli beras, kerikil dan gabahnya terlalu banyak. Berarti mutu propelin glikol yang dibeli dua perusahaan farmasi tadi jelek sekali. Mungkin tetap bisa berfungsi sebagai pelarut dan pengecer sirup tapi sangat bahaya bagi ginjal.

Kesengajaan?

Kecelakaan?

Kalau itu kesengajaan tentu motif utamanya untuk mencari keuntungan yang lebih banyak. Keduanya sengaja pakai propelin glukol yang kelak. Tentu harganya lebih murah.

Kalau itu terjadi, mestinya menyangkut kebijakan pimpinan perusahaan.

Bagaimana kalau itu kecelakaan? Misalnya bagian pencampuran bahan obat itu teledor? Tentu harus dilihat sistem proses produksi di pabrik tersebut. Terutama di bagian pencampuran bahan obat: apakah serba otomatis ataukah masih pakai manusia.

Kita masih harus menunggu penyelidikan lebih lanjut. Kalau itu sebuah kecelakaan tentu tanggung jawabnya di pelaksana. Bisa juga sampai pimpinan produksi, dilihat dulu proses pengambilan keputusannya.

Tapi kalau itu kebijakan, tentu pelaksana tidak bersalah.

Adakah memilih bahan baku yang jelek sebagai kecelakaan? Tentu sulit disebut kecelakaan. Ini bukan soal komposisi pencampuran. Ini soal kualitas bahan yang dicampurkan.

Tanggung jawab sepenuhnya di pimpinan perusahaan.

Sisi positifnya: semuanya jadi jelas. Tragedi ginjal itu tidak ada hubungannya dengan long Covid atau jenis vaksinasi tertentu (Disway 24 Oktober 2022).

Kelihatannya penanganan obat sirup ini bersaing cepat dengan penanganan tragedi Stadion Kanjuruhan.

Secara administrasi izin produksi sirup dari dua pabrik obat itu sudah dicabut. Peredarannya dihentikan. Yang sudah beredar harus ditarik. Yang sudah ditarik harus dimusnahkan.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO