JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Menjelang pilpres 2024, spekulasi politik makin gila. Banyak otak-atik politik, terutama tentang calon presiden dan wakil presiden. Nama Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo masuk bursa tapi tak punya kendaraan politik. Tapi ternyata mudah, asal ada uang Rp 1 triliun.
Caranya? Simak tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com hari ini, Kamis 2 Juni 2022. Selamat membaca:
BACA JUGA:
- Nila, Caleg Terpilih DPR RI dari PDIP Bantu 2 Nenek Korban Kebakaran
- Ketua Golkar Kota Probolinggo Temui Tokoh Masyarakat Jelang Pilwali 2024
- Wakil Ketua Golkar Jatim: Semua Presiden dan Calon Presiden Ingin Bertemu Kiai Asep
- DPP Golkar Tunjuk Ahmad Nurhamim Sebagai Cabup Gresik 2024, Terungkap Alasannya
BEGITU besar dukungan pada Ganjar Pranowo. Termasuk dari Presiden Jokowi sendiri. Sebagai calon presiden Indonesia akan datang.
Begitu besar juga dukungan pada Anies Baswedan. Dari sebagian golongan. Terutama golongan dalam Islam.
Dua-duanya tidak punya partai.
Ganjar adalah kader Banteng –tapi sudah dianggap sebagai Celeng. Anies adalah salah satu pendiri Nasdem –tapi sebelum Nasdem menjadi partai.
Maka masyarakat ramai mengutak-atik: akan lewat partai mana mereka nanti?
Dari pengalaman masa lalu, PDI-Perjuangan sangat realistis. Awalnya partai itu juga tidak mau mencalonkan Jokowi. Banyak alasannya. Salah satunya: baru dua tahun jadi gubernur Jakarta –dari komitmen lima tahun. Dan yang paling penting Ibu Megawati sendiri masih ingin mencoba maju lagi sebagai capres –meski sudah kalah dua kali.
Tapi melihat realitas dukungan masyarakat begitu besar –selalu ranking pertama dalam berbagai survei –akhirnya Jokowi dicalonkan oleh PDI-Perjuangan. Tentu juga lantaran ada lobi-lobi khusus dari berbagai tokoh, terutama almarhum suaminyi. Sang suami, Taufik Kiemas, meninggal 8 Juni 2013, setahun sebelum Pilpres dilangsungkan.
(Dahlan Iskan)
Kali ini Ibu Megawati, ketua umum PDI-Perjuangan, pasti tidak ingin maju lagi. Hanya saja beliau terlihat sangat ingin putrinyalah yang maju: Puan Maharani –sekarang menjabat ketua DPR RI. Bisa dimaklumi. Kalau Puan sampai gagal maju, bisa jadi trah Soekarno berakhir.
Tentu masih akan banyak ide untuk keinginan itu: Puan bisa berpasangan dengan Ganjar. Atau sebaliknya. Dengan dukungan gratis salah satu partai. Cukup dari partai kecil. Untuk menggenapi 20 persen kursi DPR sebagai persyaratan pencalonan. ''Gratis'' yang saya maksud: tidak minta jabatan wakil presiden. Cukup diberi jabatan beberapa kursi menteri. Bahkan cukup kalau diberi mentahannya saja. Akan banyak partai yang bersedia.
Bahwa PDI-Perjuangan sudah menganggap Ganjar itu Celeng, tentu bisa berubah. Kalau saja dukungan ke Ganjar terus menggila –seperti dukungan ke Jokowi menjelang 2014. Pun seandainya Bu Mega sudah menganggap Ganjar bukan lagi banteng. Apalagi yang mengatakan Ganjar itu sudah jadi celeng barulah tingkat salah satu ketua –meski ketua yang berposisi penting: Bambang Pacul.
Bagaimana kalau PDI-Perjuangan nekat menggandengkan Puan dengan Prabowo? Atau lebih nekat dari itu. Misalnya justru bergandengan Puan dengan Anies Baswedan?
Itulah yang kini banyak dibincangkan. Sampai-sampai muncul spekulasi kenekatan yang lain: Ganjar dilewatkan Golkar saja!
Jalan menuju ke sana pun sudah jadi bahan rumor yang asyik. Termasuk di dalam Golkar sendiri.
Tentu, kalau bisa, Golkar akan diminta baik-baik. Termasuk tidak perlulah bikin syarat ketua umumnya minta jabatan cawapres. Dijamin tetap menjadi menko kan juga tidak kalah bergengsi –toh kemungkinan besar tidak akan ada lagi kasus minyak goreng. Yang penting tetap bisa melangsungkan tradisi Golkar: tetap berada dalam kekuasaan.
Bagaimana kalau Golkar tidak mau?