Muncul di Surabaya, Abu Fida Jadi Teroris Karena Salah Bacaan, Insyaf juga Karena Buku | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Muncul di Surabaya, Abu Fida Jadi Teroris Karena Salah Bacaan, Insyaf juga Karena Buku

Editor: MMA
Senin, 25 Oktober 2021 13:21 WIB

Menkopolhukam Mahfud MD dan para pembicara serta penulis menunjukkan buku “Intoleransi dan Radikalisme, Kuda Troya Politik dan Agama,” karya Islah Bahrawi di Hotel Wyndham Surabaya, Ahad (24/10/2021). Foto: bangsaonline.com

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Abu Fida alias Saifuddin Umar, mantan yang banyak terlibat pengeboman, tiba-tiba muncul di Surabaya. Lelaki berusia 55 tahun itu muncul dalam acara Intoleransi dan Radikalisme, Kuda Troya Politik dan Agama,” karya Islah Bahrawi di Hotel Wyndham Surabaya, Ahad (24/10/2021).

Semula, kehadiran mantan yang beberapa kali dipenjara itu tak ada yang tahu. Ia muncul saat sesi tanya jawab. Ia mengaku bernama Abu Fida. Namun peserta yang memenuhi ruangan kecil itu tak percaya begitu saja.

“Tapi setelah saya cocokkan wajahnya dengan foto-foto yang ada di google baru saya percaya,” kata Firman Syah Ali, keponakan , kepada BANGSAONLINE.com, Senin (25/10/2021).

Acara itu memang menghadirkan Menkopolhukam sebagai keynote speaker.

Tampaknya banyak yang tertarik dengan pengalaman Abu Fida. Maka ia kemudian didapuk sebagai pembicara dalam acara itu.

Pengakuannya sangat mengejutkan. Menurut Abu Fida, dirinya jadi karena faktor bacaan atau salah buku. Begitu juga saat ia insyaf. Ia mengaku sadar bahwa jadi itu salah juga karena faktor buku.

“Teroris itu bukan orang bodoh. Mereka tiap hari baca buku. Pekerjaannya tiap hari baca buku. Tapi buku yang dibaca salah,” kata Abu Fida.

Jenjang pendidikan Abu Fida sendiri cukup tinggi. Ia satu almamater dengan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Universitas Ummul Quro Mekkah.

Karena itu Abu Fida berkesimpulan bahwa pintu masuk kita menjadi penjahat itu sekaligus menjadi pintu keluar. Yaitu buku atau bahan bacaan.

Pernyataan Abu Fida itu menyadarkan peserta bahwa orang menjadi bukan karena lemah literasi tapi justru karena salah literasi.

Abu Fida mulai terlibat aktif dalam me sejak dekade 80-an. Ia bergabung dalam organisasi yang bertujuan ingin menegakkan Darul Islam (DI) dan Negara Islam Indonesia (NII). 

"Saya sendiri pada 85-86-an itu intinya di DI, NII, dan pada awal 93-an (organisasi) itu pecah menjadi JI atau Jamaah Islamiyah," kata Abu Fida suatu ketika.

Sementara Menkopolhukam RI saat menjadi keynote speaker menjelaskan bahwa intoleransi dan radikalisme berasal dari perasaan benar sendiri, sedangkan orang lain salah.

Menurut Mahfud, siapa pun yang tidak sepaham dengan dirinya dianggap kafir dan munafik.

“Maka kita harus menghindarkan diri dari sifat merasa benar sendiri atau merasa paling benar agar tidak berkembang menjadi jiwa intoleran dan radikal,“ kata .

Acara itu digelar Organisasi Sahabat Mahfud Korwil Jawa Timur. Acara yang digelar secara hybrid tersebut dipandu Komisioner Bawaslu Kabupaten Sidoarjo, Jamil. Hadir sebagai narasumber Kasubdit Kontra Narasi Densus 88 AKBP Mayndra Adi Wardana dan Prof Nur Syam.

Acara itu dihadiri Kornas Sahabat Mahfud, Imam Marsudi, Korwil Sahabat Mahfud Jatim Firman Syah Ali serta Korda Sahabat Mahfud Kabupaten/Kota se-Jawa Timur.

Sebanyak 70 buah buku diberikan kepada Menkopolhukam RI , Kornas Sahabat Mahfud Imam Marsudi, Korwil Sahabat Mahfud Jatim Firman Syah Ali, para narasumber, moderator, dan seluruh peserta, serta ditandatangani langsung oleh Islah Bahrawi selaku penulis.

Islah Bahrawi adalah pengamat radikalisme dan me. Ia lulusan University of California, Berkeley, Amerika Serikat.

Sementara Firman Syah Ali kepada BANGSAONLINE.com mengatakan bahwa organisasi Sahabat Mahfud menampung semua mantan dan narkoba. Termasuk Abu Fida juga ditampung. "Abu Fida sekarang tinggal di Surabaya," kata bendahara umum IKA PMII Jatim itu. (mma)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video