Pandemi Covid-19 Masih Ada, KH. Khoiron Syu’aib Imbau Warga Surabaya Patuhi Protokol Kesehatan | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Pandemi Covid-19 Masih Ada, KH. Khoiron Syu’aib Imbau Warga Surabaya Patuhi Protokol Kesehatan

Editor: Nizar Rosyidi
Wartawan: Abdurrahman Ubaidah
Senin, 19 Oktober 2020 08:56 WIB

KH Khoiron Syu'aib, Pengasuh Taman Pendidikan Islam Roudlotul Khoir, Bangunsari Surabaya.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Masih ingat dengan Kiai Lokalisasi, KH M Khoiron Syu’aib? Kiai yang tinggal di bekas lokalisasi Bangunsari Surabaya itu menyampaikan anjurannya agar warga Surabaya tetap mematuhi . Selalu mengenakan masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, kemudian mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir.

Hal itu disampaikan Kiai Khoiron kepada BANGSAONLINE.com sehubungan dengan keyakinannya bahwa saat ini pandemi Covid-19 masih ada. Masih belum selesai. Meskipun sudah dikabarkan bahwa zona merah di Jawa Timur sudah berkurang.

“Mari kita jaga diri kita, kita jaga keluarga kita, juga mari kita jaga agar orang lain ikut terjaga kesehatannya,” tutur alumni Pesantren Tebuireng Jombang yang sejak tahun 1985 berdakwah di kawasan lokalisasi Bangunsari Surabaya.

Tapi ada yang menganggap virus corona itu tidak ada, sehingga banyak dari masyarakat di desa-desa tidak mengenakan masker saat beraktivitas? Kiai Khoiron memahami hal itu. Dia menganggap wajar ada pro dan kontra menyikapi Covid-19.

Lepas dari pro dan kontra, Kiai Khoiron yakin bahwa Covid-19 itu ada, meskipun tidak kelihatan. Soalnya apa? Faktanya, pemerintah itu menyiapkan dua lokasi kuburan Covid-19 itu, penggali kuburannya sampai kewalahan. 

"Setiap hari ada lima, ada sepuluh bahkan sampai dua puluh galian yang harus disiapkan. Nah ini secara akal kiai katakan bahwa itu virus Corona (Covid-19) ada," ungkapnya.

Kiai murah senyum ini kemudian minta mereka yang sampai hari ini tidak percaya adanya Covid-19 ini, disimpan sendiri. "Jangan berkoar-koar sehingga menjadi fitnah, itu dosa juga ya. Lebih baik kalau kita menghadapi orang yang tidak setuju dengan as-sukutu awlaa (diam itu lebih baik)," pesannya.

“Daripada kita komentar di mana akan timbul perbedaan, menimbulkan perdebatan dan sebagainya. Akhirnya ujung-ujungnya nanti kita saling mengancam dan sebagainya,” terang kiai yang pernah kuliah di Universitas Hasyim Asyari hingga sarjana muda.

Nah, untuk menghadapi ini, Kiai Khoiron mengajak, agar mengikuti anjuran filosof Islam yang juga pakar kesehatan dunia, Ibnu Sina, bahwa berhati-hati itu separuh dari obat; ketenangan itu juga separuh dari obat; sementara kalau kita ini tegang itu separuh dari penyakit. Selanjutnya, kesabaran adalah proses menuju pada kesehatan.

“Karena itu, saya tetap mengimbau masyarakat secara umum maupun warga yang mengaji di lembaga kami, juga para jamaah masjid sekitar Bangunsari agar mematuhi . Jangan menyesal kalau suatu saat dinyatakan kena virus corona 19, covid-19 ini,” tegasnya.

Kiai Khoiron juga menganjurkan semua warga kampungnya di Bangunsari yang mengaji di tempatnya, selalu memakai masker. Setelah sebelumnya kegiatan pengajian diliburkan tiga bulan. Kemudian kegiatan dilakukan dengan sistem daring.

"Sekarang karena sudah agak melunak karena sudah mulai agak hijau, maka warga bisa datang dengan syarat harus mengenakan masker,” tegasnya.

Masjid Nurul Fattah, Masjid Tangguh

Kiai Khoiron menyebutkan, masjid Nurul Fattah Jl Demak 319 Surabaya yang juga di bawah binaannya, termasuk sebagai Masjid Tangguh Semeru Wani Jogo Suroboyo. 

Hal itu juga bagian dari ikhtiar untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Karena itu kalau masuk masjid, urai Kiai Khoiron, jamaah harus tetap mengenakan masker. 

Takmir masjid, kata Kiai Khoiron, sudah menyiapkan , baik untuk cuci tangannya maupun juga semprotannya. Tidak hanya di dekat pintu masuk, tapi juga di ruang untuk wudu disediakan sabun cair untuk mencuci tangan.

Di samping itu, pantauan langsung di masjid Nurul Fattah, ketika dilaksanakan salat berjamaah, di dalam masjid diatur sedemikian rupa, diberi tanda, sehingga antar jamaah ada jarak, tidak saling berdekatan.  

“Ya, kita ingin sehat diri kita, juga supaya sehat diri orang lain. Bisa jadi kebalikannya, kalau kita itu semena-semena. Jangan sampai kita ini menyusahkan diri sendiri dan juga jangan sampai menyengsarakan orang lain, sebagaimana kaidah “La dlarara wala dlirara,” pungkas sarjana lulusan Fak Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya ini. (dur/zar)

(Jamaah masjid Nurul Fattah cuci tangan dulu dengan sabun cair sebelum ambil air wudlu)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video