Buaya Putih Muncul Lagi di Sungai Brantas, Benarkah Ada Kerajaan Ratu Buaya Putih? | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Buaya Putih Muncul Lagi di Sungai Brantas, Benarkah Ada Kerajaan Ratu Buaya Putih?

Editor: Revol Afkar
Wartawan: Muji Harjita
Kamis, 01 Oktober 2020 01:48 WIB

Sosok buaya putih yang muncul di Sungai Brantas depan RS DKT Kota Kediri yang berhasil diabadikan warga. Inset: ilustrasi buaya putih. (foto: ist.)

Sungai Brantas sendiri merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. Sungai Brantas ini berhulu di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Baru. Aliran Sungai Brantas bersumber dari simpanan air Gunung Arjuno yang mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, dan Mojokerto.

Konon, pada era kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Jawa, Sungai Brantas menjadi lalu lintas perdagangan dunia. Sungai Brantas memiliki panjang sungai utama 320 km dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 11.800 km² atau seperempat dari total luas keseluruhan Provinsi Jawa Timur. Kawasan DAS ini telah lama dimanfaatkan sebagai area pertanian sejak abad ke-8.

Benarkah di Sungai Brantas memang ada Kerajaan Ratu Buaya Putih?

Berdasarkan cerita rakyat, bahwa di Sungai Brantas ada kerajaan ratu putih. Sejak lama, banyak korban nyawa yang terpaksa harus ditumbalkan untuk meredam amarah dari sang Ratu Buaya Putih. Pada tahun 1009, zaman Kerajaan Kahuripan dengan Rajanya bernama Airlangga, Mpu Baradah (penasehat kerajaan) berulang kali tercatat menumbalkan manusia saat hendak memecah Kerajaan Kahuripan menjadi Kerajaan Panjalu dan Kerajaan Jenggala.

Cerita tentang keberadaan putih juga ditemukan dalam tulisan-tulisan yang ditinggalkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada rentang waktu 1836-1876. Saat itu, pembangunan jembatan lama yang membelah Sungai Brantas di Kediri mengalami kendala. Namun setelah tumbal dijatuhkan, pembangunan akhirnya dapat diteruskan dan selesai.

Terdapat cerita rakyat tentang sosok putih bernama Badug Seketi di Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri. Awalnya dahulu Badung Seketi berhubungan baik dengan penduduk. Setiap kali ada hajatan, permintaan penduduk selalu dipenuhi oleh sang Badung Seketi. Konon hubungan baik masih terus terjadi hingga tahun 1970an. (uji/berbagai sumber)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video