​Jacob Oetama, Aktivis Katolik, Wartawan Santun, Bukan Penantang Maut | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

​Jacob Oetama, Aktivis Katolik, Wartawan Santun, Bukan Penantang Maut

Editor: MMA
Rabu, 09 September 2020 17:32 WIB

Jakob Oetama. Foto: kompas

Di mata Jakob, Ojong kuat di bidang humaniora dan kuat dalam prinsip nilai-nilai kemajuan. Mochtar Lubis sosok yang berani dan memegang teguh prinsip, sedang Rosihan Anwar kuat dalam persoalan humaniora. Majalah Intisari kemudian diperkuat oleh teman-teman Jakob-Ojong dari Yogyakarta seperti Swantoro dan J Adisubrata. Menyusul kemudian Indra Gunawan dan Kurnia Munaba.

Pada 3 Oktober 2011, Dahlan Iskan pernah menulis tentang karakter lurus Jakob Oetama. Menurut dia, Jakob Oetama adalah tokoh pers yang fokus. Jakob, tulis Dahlan Iskan, adalah tokoh pers yang tak gampang tergiur dengan rayuan.

“Pak Jakob adalah contoh dari sedikit orang yang bisa fokus. Sejak pikiran sampai tindakan. Godaan-godaan di luar pers tidak pernah meruntuhkan kefokusannya mengurus media. Padahal, sebagai pemimpin dan pemilik grup media nasional yang terbesar dan paling berpengaruh, pastilah begitu banyak rayuan dan iming-iming,” tulis Dahlan Iskan, tokoh pers nasional asal Takeran Magetan Jawa Timur itu.

Bukan hanya itu. “Beliau termasuk tokoh yang tidak mau menjadikan organisasi pers sebagai batu loncatan untuk berkarir di politik,” tulis Dahlan Iskan, wartawan besar yang hingga kini sangat produktif melahirkan karya-karya berharga. Karena itu wajar jika Kompas Gramedia menjadi sangat besar.

Yang menarik, Dahlan Iskan juga mendeskripsikan penilaian para wartawan generasi yang lebih muda terhadap Jokob Oetama.

“Generasi yang lebih muda (meski sekarang saya sudah tergolong generasi tua) memberikan dua penilaian kepada Jakob Oetama. Beliau dikecam sebagai wartawan penakut. Bukan sosok wartawan pejuang yang gagah berani menantang maut, seperti Mochtar Lubis (Indonesia Raya), atau Rosihan Anwar (Pedoman), atau Tasrif (Abadi), Aristides Katoppo (Sinar Harapan), Nono Anwar Makarim (Kami), Goenawan Mohamad (Tempo), dan beberapa lagi.

Di pihak lain dia dipuji sebagai wartawan yang santun, mengurus anak buah (termasuk kesejahteraan wartawan) dengan baik, dan sosok yang sangat menonjol tepo seliro-nya. Beliau juga tokoh yang kalau berbicara di depan umum lebih mengedepankan filsafat daripada masalah-masalah yang praktis. Misalnya, filsafat kritik. Sampai-sampai di era Orba itu muncul berjenis-jenis filsafat kritik. Ada kritik pedas macam Mochtar Lubis, kritik manis model Jakob Oetama, atau kritik jenaka model Goenawan Mohamad,” tulis Dahlan Iskan. (tim)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video