​Post Power Syndrome | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

​Post Power Syndrome

Editor: MMA
Kamis, 06 Agustus 2020 20:34 WIB

Prof. Dr. Rochmat Wahab. foto: ist

Orang yang mengalami post-power syndromes itu pada hakekatnya membikin masalah sendiri. Yang akibatnya tidak hanya merugikan diri sendiri, melainkan yang lebih parah merugikan orang lain, bahkan institusinya sendiri. Merugikan sendiri, karena dia hidup dalam bayang-bayang atau angan-angan serta menyiksa dirinya sendiri karena kepribadiannya terpecah, split personality. Merugikan orang lain, karena orang lain menjadi tidak nyaman menerima perlakuan orang yang mengidap post-power syndromes secara tidak tepat dan fair, sehingga bisa jadi timbul berontak dan konflik. Yang jelas post power syndromes merugikan semua. Tak sedikit keuntungan yang bisa dipetik.

Untuk mengantisipasi timbulnya post-power syndromes bisa dilakukan dengan persiapan diri menghadapi turun jabatan atau pensiun baik terkait dengan aspek fisik, psikologis maupun finansial. Menjaga kesehatan fisik dan kondisi mental. Jika persiapan dilakukan lebih lama, akan lebih baik. Juga penyediaan keuangan yang cukup untul memenuhi kebeutuhan pokok, termasuk penyediaan biaya obat untuk kesehatan. Selain itu bisa juga menyalurkan keahlian yang dimiliki pada setting yang berbeda, termasuk pengabdian untuk kegiatan sosial kemasyarakatan dan sosial keagamaan.

Selanjutnya, jika diperlukan untuk mengatasi orang yang mengalami post-power syndromes, maka keluarga juga bisa memainkan peran. Salah satu di antaranya memberikan rekognisi bahwa dalam karirnya sudah memberikan yang terbaik semoga menjadi bagian dari amal baiknya. Walaupun sudah tidak aktif lagi baik dalam jabatan atau tugas, apa yang sudah ditinggalkan tetap berarti. Demikian juga kolega kerja tetap respek terhadap pribadi maupun karya-karya yang telah ditinggalkan. Semuanya ini diharapkan mampu menghilangkan secara perlahan-lahan gejala post-power syndromes.

Demikianlah sekelumit tentang post-power syndromes yang perlu kita kenali. Post-power syndromes bukanlah monopoli mantan pejabat, sang juara, dan bos sukses saja, tetapi dalam batas tertentu bisa menimpa lainnya, jangan-jangan kita juga. Yang jelas post-power syndromes lebih banyak madzarat-nya, daripada maslahahnya. karena potensial timbulkan masalah psikologis dan sosial. Semoga kita terjauhkan, atau terbersihkan dari benih-benih post-power syndrome. Kita harus banyak bersyukur, menerima apa yang ada dengan qanaah, dan ikhlas terhadap taqdir Allah swt. Semakin dekat dengan akhir usia, semakin dekat dengan Sang Khaliq. Semoga. Aamiin.

(Yogyakarta, 05/08/2020, Rabu, pk 07.15)

Prof Dr Rochmat Wahab, mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Ketua PWNU Yogyakarta dan Ketua Forum Rektor Indonesia

 

 Tag:   Opini mutasi jabatan

Berita Terkait

Bangsaonline Video