Sembilan Siswa Asal Papua di Kota Blitar Pilih Pulang Kampung
Editor: Revol Afkar
Wartawan: Akina Nur Alana
Selasa, 01 Oktober 2019 13:57 WIB
BLITAR, BANGSAONLINE.com - Kerusuhan yang terjadi di Papua berimbas pada pelajar asal Papua yang tengah mengenyam pendidikan SMA di Kota Blitar. Sebagian mereka memilih pulang kampung ke Papua.
Di SMAK Diponegoro Kota Blitar misalnya, ada enam pelajar yang memilih pulang kampung ke Papua.
BACA JUGA:
Handphone Disita Karena Kecanduan Game Online, Pelajar di Blitar Nekat Akhiri Hidup
Samsudin Akui Tak Menyesal Buat Konten Tukar Pasangan di Kanal Youtube Miliknya
Kasatresnarkoba Polres Blitar Kota Positif Narkoba Usai Ungkap Peredaran Ganja 13 Kg
Info BMKG Minggu 2 Juni 2024: Wilayah di Jatim ini Akan Diguyur Hujan Sedang hingga Petir
Eko Hariyanto, Wakasek Kesiswaan SMAK Diponegoro Kota Blitar saat dikonfirmasi membenarkan hal ini. Di SMAK Diponegoro ada 15 pelajar asal Papua, namun saat ini hanya tinggal sembilan pelajar yang masih bertahan.
"Ada 15 anak yang sekolah di sini, namun sekarang hanya sembilan orang yang tersisa masih bersekolah. Satu anak pulang karena sakit saat masih kelas X. Kemudian yang lima pulang setelah ada huru hara, mulai kasus di Surabaya, Malang, ditambah lagi ada kerusuhan di Papua," ungkap Eko Hariyanto, Selasa (1/10/2019).
Menurut dia, pihak sekolah sudah berupaya meyakinkan pelajar untuk tetap bertahan menyelesaikan pendidikan. Namun, rata-rata mereka ada yang sudah dijemput maupun pulang karena diminta dari keluarga, pasca terjadi kerusuhan.
"Kami ingin anak-anak tetap belajar. Kami yakinkan kalau di Blitar aman. Supaya nanti pulang bisa sama-sama membangun Papua," imbuhnya.
Mereka mulai kembali ke Papua secara bertahap sejak Agustus lalu. Hingga terakhir, seorang pelajar kembali ke Papua pada 2 September 2019.
Sementara Elion T Tumana, salah satu pelajar kelas XII SMAK Diponegoro asal Papua yang memilih bertahan mengatakan, sebelumnya juga sempat diminta ibunya untuk pulang ke Papua. Namun ia memilih bertahan. Dia bertekad menyelesaikan pendidikan di Kota Blitar, sebelum kembali ke Papua.
"Ibu sebenarnya mengingkan saya pulang. Tapi bapak bilang tidak usah pulang, tunggu saja situasi. Karena kami yakin situasi pasti akan membaik. Kalau kita ambil keputusan pulang nanti susah sendiri, penyesalan, karena tidak selesai pendidikan akan datang di belakang," ungkap pelajar asal Kaimana, Papua Barat ini.
Di Kota Blitar ada 21 pelajar tingkat SMA yang berasal dari berbagai Kabupaten di Provinsi Papua dan Papua Barat. Mereka bersekolah di SMA dan SMK di Kota Blitar melalui program beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM). Di Jatim ada sembilan daerah tujuan program beasiswa ADEM, salah satunya Kota Blitar. (ina/rev)