FGD HUT IJTI ke-25 Seru, Muncul Kasus WIL, Pemerasan, hingga Medsos | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

FGD HUT IJTI ke-25 Seru, Muncul Kasus WIL, Pemerasan, hingga Medsos

Editor: Nur Syaifudin
Wartawan: Muji Harjita
Jumat, 01 September 2023 09:54 WIB

Dari kiri, Bambang Iswayoedhi, Hari Tri Wasono (pegang mik), Rofiq Huda, Dwijo Maksum, dan Roma Duwi Juliandi. Foto: MUJI HARJITA/ BANGSAONLINE.com

Jadi, lanjutnya, untuk bisa menjadi profesional, si wartawan itu harus mengikuti proses yang ditentukan oleh masing-masing organisasi kewartawanan, seperti PWI, AJI, dan IJTI.

Sementara Rofiq Huda menyoroti soal kekritisan wartawan dalam menulis atau menyiarkan sebuah berita. Menurutnya, saat ini media mainstream kalah pamor dengan media sosial.

"Kenapa bisa begitu? Karena sebuah kejadian yang diunggah di medsos biasanya hal-hal yang sifatnya mengkritik pemerintah," ujarnya.

"Misalnya soal jalan yang rusak, orang langsung bisa mengunggah di medsos-nya seperti Facebook, Twitter, atau Instagram. Kalau media mainstream, mengetahui jalan rusak tidak bisa langsung ditayangkan, karena harus dilakukan konfirmasi kepada pihak terkait. Ini jelas butuh waktu. Kalau di medsos tidak perlu konfirmasi, yang penting langsung bisa diketahui masyarakat," kata mantan wartawan sebuah harian yang terbit di Surabaya itu.

Tapi bagaimanapun juga, lanjut Rofiq, media mainstream pasti lebih akurat dalam menayangkan sebuah berita atau kejadian, karena sudah melalui proses cek and ricek dan konfirmasi kepada pihak terkait.

Ketua IJTI Korda Kediri, Roma Duwi Juliandi, mengatakan bahwa yang membahas Jurnalisme Positif dan Kemerdekaan Pers ini memang sengaja digagas oleh sekaligus meneruskan visi dari IJTI Pusat.

"Harapannya adalah media-media yang ada di suatu daerah itu memberikan space (ruang) untuk membuat program berita-berita yang positif," ungkap Roma.

"Catatannya adalah berita positif, tentunya bukan hanya berita yang bagus saja, tetapi ada nilai-nilai kritis kemudian ada nilai-nilai menggali ide hingga investigatif dalam proses produksi jurnalisme positif itu," pungkasnya. (uji/ns)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video