Cak Imin Sebut Yahya Staquf Gak Ngaruh pada PKB, Ketua PBNU: Arogan, Panik, Baper
Editor: Tim
Selasa, 03 Mei 2022 16:26 WIB
"Membangun dan merawat komunikasi, itu harusnya dilakukan oleh partai politik. Bukan justru memunculkan arogansi yang sesungguhnya tidak bermanfaat untuk PKB," tegas Alex.
Alex menilai, pernyataan Cak Imin itu suatu bukti kepanikan. Menurut dia, itu ketakutan Cak Imin berlebihan bahwa partainya bakal ditinggalkan oleh NU sebagai basis pemilihnya.
"Kita melihat kekhawatiran berlebihan, kepanikan berlebih yang dirasakan Cak Imin yang khawatir NU lari dari PKB, meninggalkan PKB. Enggak seperti itu caranya," kata Alex.
"Yang seharusnya dilakukan PKB adalah evaluasi dan refleksi apa yang sudah dilakukan terhadap NU, dibanding apa yang diberikan NU ke PKB. Jauh enggak ada apa-apanya," tegas dia kemudian.
Alex menilai bahwa Cak Imin bertindak seperti setelah menjabat Ketum PKB terlalu lama. Cak Imin terpilih sebagai ketum PKB dalam Muktamar II PKB di Semarang, Jawa Tengah, pada 2005 silam.
"Cak Imin terlalu baper, terlalu panik, gampang panik. Biasa lah itu ketua umum kalau sudah terlalu lama, jadi baperan, gampang panik, takut kehilangan kekuasaan," kata Alex.
Hubungan Cak Imin dan PBNU memang tak harmonis setelah Yahya terpilih sebagai ketum PBNU. Yahya dianggap lebih dekat dengan PDIP. Bahkan banyak pengurus PDIP yang kemudian jadi pengurus PBNU. Antara lain Mardani Maming yang menjabat Bendahara Umum PBNU yang kini sedang jadi sorotan publik, terutama warga NU, karena dipanggil Majelis Hakim Tipikor Kalimantan Selatan sebagai saksi kasus dugaan korupsi.
Sementara pengurus PKB yang pada era KH Said Aqil Siroj dominan, pada era Yahya malah tergusur.
(Yahya Staquf. Foto: Antara/cnnindonesia)
Bahkan Yahya Staquf sejak awal memberi pernyataan yang cenderung tak dekat dengan PKB.
"Relasi NU dengan PKB saya kira alami sekali karena dulu PKB dulu sendiri diinisiasi, dideklarasikan, oleh pengurus-pengurus PBNU, itu satu hal. Tapi, sekali lagi tidak boleh lalu NU ini jadi alat dari PKB atau dikooptasi dengan PKB," ungkap Yahyapada program Newsroom CNN Indonesia TV, 29 November 2021. (tim)