Luhut di Balik Penundaan Pemilu: Jokowi Bakal Melawan Mega? | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Luhut di Balik Penundaan Pemilu: Jokowi Bakal Melawan Mega?

Editor: MMA
Minggu, 13 Maret 2022 20:16 WIB

Presiden Joko Widodo bersama Megawati Soekarnoputri dalam acara PDIP. Foto: kompas.com

Apalagi, mayoritas rakyat Indonesia menolak manuver . Memang, Luhut mengklaim punya big data yang berisi percakapan 110 juta orang di media sosial mendukung penundaan Pemilu 2024. Menurut Luhut dan Muhaimin, berdasarkan Big Data itu 60 persen setuju perpanjangan masa jabatan presiden dan 40 persen menolak.

Yang lucu, Luhut juga mengklaim pemilih Partai Demokrat, Partai Gerindra, dan PDIP mendukung wacana peundaan pemilu. Padahal tiga partai politik tersebut menyatakan menolak usulan penundaan Pemilu 2024.

Luhut juga mengklaim rakyat tidak mau uang Rp110 triliun dipakai untuk menyelenggarakan pemilu serentak.

“Nah, itu yang rakyat ngomong. Nah, ini kan ceruk ini atau orang-orang ini ada di Partai Demokrat, ada di Partai Gerindra, ada yang di PDIP, ada yang di PKB, ada yang di Golkar," klaim Luhut dalam siniar di kanal Youtube Deddy Corbuzier, Jumat (11/3).

Untungnya, klaim tak berdasar Luhut dan Muhaimin itu – karena tak disertai data pendukung - langsung dipatahkan oleh hasil hitung empat lembaga survei. Yaitu, Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Hasil survei lembaga yang dipimpin Denny JA itu menunjukkan bahwa sebesar 65,1 persen responden yang puas dengan kinerja menentang penundaan Pemilu 2024. Sedangkan pemilih yang menyatakan tak puas dengan kinerja , angka yang menentang jauh lebih besar yaitu sebesar 87,3 persen.

Hasil survei Indikator Politik juga menunjukkan mayoritas publik menolak . Mereka justru setuju pemilu 2024 tetap digelar meski dalam keadaan pandemi Covid-19.

Dalam survei akhir tahun 2021 itu menunjukkan 67,2 persen responden memilih pergantian kepemimpinan nasional melalui Pemilu 2024 tetap dilaksanakan meski tengah pandemi. Hanya 24,5 persen responden memilih pemilu ditunda hingga 2027. Sedang 8,3 persen sisanya tak menjawab.

Begitu juga hasil Lembaga Survei Indonesia (LSI). Hasil survei LSI menunjukkan 75,5 persen responden menolak usulan perpanjangan masa jabatan presiden maupun penundaan Pemilu 2024 karena alasan harus memastikan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur.

Lembaga Survei Nasional (LSN) juga menunjukkan sebanyak 68,1 persen atau mayoritas publik tidak setuju terhadap usulan penundaan Pemilu 2024 sekaligus perpanjangan masa jabatan presiden.

Walhasil, makin jelas posisi Luhut dalam manuver itu. Pertanyaannya, akankah Presiden memilih mengikuti titah politik Luhut yang berarti akan berhadapan dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri? Bukankah jadi presiden diusung PDIP?

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, dan Megawati memiliki nafas yang sama. Tunduk pada konstitusi yang mengatur pemilu tiap lima tahun sekali. Artinya pemilu berikutnya tetap dilakukan pada 2024.

Hasto menjelaskan, pertemuan Megawati dan Presiden dilakukan secara periodik. Kali ini dilakukan di Rumpin Bogor. Hal ini karena sejak awal, Megawati menaruh perhatian yang begitu besar terhadap gerakan penghijauan dan menjaga kelestarian alam raya.

“Nah terkait penundaan Pemilu, sikap Bu Mega dan Pak kan senafas, taat, tunduk dan patuh pada konstitusi. Jadi karena sudah sama, ya tidak perlu dibicarakan. Nursery lebih penting bagi masa depan pembangunan yang pro lingkungan,” tegas Hasto.

Ketum Partai NasDem meyakini usulan terhadap tidak akan terealisasi. Paloh yakin usulan itu akan game over sebelum sampai ke MPR.

"NasDem mampu memprediksikannya, sebelum sampai situ, game is over. Untuk apa kita buang energi pada hal-hal itu," kata , Kamis (3/3).

Sementara Partai Demokrat menilai usulan itu melanggar konstitusi.

"Pertama, usul itu jelas melanggar konstitusi. Politik harus dijalankan menurut konstitusi. Bukan menurut selera kekuasaan. Menurut konstitusi, Pemilu dilaksanakan lima tahun sekali untuk pileg dan pilpres. Patuhlah pada konstitusi. Itu sehat untuk demokrasi," kata Waketum Partai Demokrat Benny K Harman kepada wartawan, Rabu (23/2).

Waketum Partai Gerindra Sugiono juga tegas menolak perpanjangan masa jabatan presiden melalui penundaan Pemilu 2024.

"Gerindra akan selalu taat kepada ketentuan dan asas konstitusional. UUD NRI tahun 1945 menyatakan bahwa pemilu dilaksanakan secara luber dan jurdil setiap lima tahun sekali dan itu merupakan sebuah perintah yang jelas dari konstitusi kita," kata Sugiono kepada wartawan, Rabu (2/3).

Bagaimana menurut Anda? Monggo berpendapat. (M Mas'ud Adnan)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video