Kata KH Maskhun, karena keterbatasan waktu dan pandemi Covid-19, maka makam yang diziarahi diambil dua tokoh unsur syuriah dan dua tokoh unsur tanfidziyah.
"Kami mohon maaf kepada para zuriyah (keturunan atau anak cucu) ulama yang pernah berkhidmat di jamiyah NU, yang tidak bisa seluruhnya (diziarahi) pada hari ini," ungkap Maskhun.
Selain menggelar tahlil dan doa, perwakilan PCNU Sidoarjo juga mengungkap sekilas mengenai masyayikh semasa aktif di PCNU. "Beliau berkhidmat kepada NU itu ada totalitas. Yang membidani dan meneruskan Siti Hajar (RSI Siti Hajar Sidoarjo) adalah beliau," cetus Wakil Ketua PCNU Sidoarjo Zainal Abidin mengenang sosok KH Abdy Manaf.
Zainal juga mengungkap, Kiai Abdy Manaf yang punya gagasan tentang penguatan ekonomi dengan membeli bus untuk digunakan jemaah NU. "Banyak hal totalitas berkhidmat ke NU sehingga nama beliau akan terus dikenang. Mudah-mudahan ini jadi inspirasi kita untuk berkhidmat ke NU," tandas mantan Ketua KPU Sidoarjo ini.
Sedangkan KH Anas Al Ayyubi sosok yang sangat sederhana, mengedepankan dzikir namun berpola pikir sangat moderat. "Dan juga sangat entrepreneur," ungkap Wakil Ketua PCNU Sidoarjo Arly Fauzi yang mengaku banyak dapat nasihat dari KH Anas Al Ayyubi soal berpolitik yang baik dan efektif.
Arly menambahkan, selain tidak punya rasa capek untuk bermujahadah, memikirkan umat, KH Anas Al Ayyubi selalu berpikir tentang kader dalam berdakwah di Porong dan Kabupaten Sidoarjo. "Ini yang perlu kita pikirkan bersama untuk kita teladani," cetus mantan Ketua DPRD Sidoarjo ini.
Kegiatan ziarah ke makam masyayikh yang digelar PCNU Sidoarjo ini mendapat apresiasi dari keluarga masyayikh. "Kami merasa bahagia. Mudah-mudahan (ziarah) ini menjadi kegiatan rutin rangkaian Harlah NU setiap tahun," ungkap Agoes Boedi Tjahjono, cucu menantu dari KH Husein Idris. (sta/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News