Khusus untuk produksi tas saja, ada 21 penjahit yang dipekerjakan. Mereka menyulap kain-kain yang tidak terpakai menjadi tas kain. Untuk pemasaran, tas tersebut sudah tembus ke di kawasan wisata Bali, khususnya hotel-hotel.
"Kalau di sini mungkin tidak laku, tapi di Bali tas itu laku dijual Rp 50 ribu per biji," kata Emil, sapaan karib Zainul Milahi.
Keberadaan BUMDes Kedungturi ini mendapat apresiasi dari Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar. Karena terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui beberapa bidang usahanya.
Namun, Halim Iskandar menyarankan agar BUMDes juga bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal itu diperlukan untuk menjamin keamanan uang nasabah, yang disimpan di usaha simpan pinjam.
"Kalau bisa minta dukungan atau pendampingan dari OJK, supaya safety-nya jelas dijamin pemerintah," ungkap Abdul Halim Iskandar saat meninjau BUMDes Kedungturi, Sabtu (25/2/2023) lalu. (sta/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News