Sebagai sumbang sih terhadap perbaikan peradaban di dunia, lanjut Gus Yahya, PBNU menggelar halaqoh fikih peradaban di sejumlah titik di Indonesia.
"Hari ini kita mengadakan halaqoh fikih peradaban (di Ponpes Lirboyo Kediri) yang agak berbeda dengan halaqoh di 240 titik yang sudah kita gelar sejak bulan September 2022 lalu sampai awal Januari 2023 kemarin,"kata Gus Yahya.
Halaqoh ini, lanjutnya, merupakan pendahuluan atau prolog dari Muktamar Internasional Fikih Peradaban yang akan diselenggarakan pada tanggal 6 Februari 2023 yang akan datang di Surabaya.
"Sehingga yang kita hadirkan, yang kita minta presentasi dalam halaqoh di Lirboyo ini adalah pembicara-pembicara Internasional dari Mesir dan Inggris. Dari yang kita ikuti tadi, ada pemikiran-pemikiran yang menarik,"imbuh Gus Yahya.
Saat ditanya wartawan terkait pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2024, Gus Yahya menekankan bahwa NU tidak boleh dibawa-bawa atau dicatut dalam kompetisi politik.
"Bila nanti ada pilpres misalnya, kita nyatakan bahwa tidak ada calon presiden atau calon wakil presiden atas nama NU. Kalau ada orang NU yang menjadi capres atau cawapres, itu atas sama prestasinya sendiri atau kredibilitasnya sendiri atas nama trac record- nya sendiri, bukan atas nama NU,"tegasnya.
Yang cocok menjadi capres-cawapres, menurut Gus Yahya, adalah orang yang amanah yang punya kapasitas punya kredibilitas dan seterusnya. "Saya kira ini sesuatu yang terbuka, orang bisa membandingkan satu dengan lainnya dan kita serahkan kepada rakyat,"kata Gus Yahya. (uji/sis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News