KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Ketua Umum PBNU, K.H. Yahya Cholil Staquf, atau yang akrab disapa Gus Yahya menghadiri Halaqoh Fikih Peradaban PBNU di Ponpes Lirboyo, Sabtu (21/1/2023). Turut mendampingi Gus Yahya adalah jajaran Pengurus PBNU dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa, Muchamad Nabil Haroen, akrab disapa Gus Nabl.
Dalam tausiyahnya, Gus Yahya mengatakan bahwa acara halaqoh Fikih Peradaban ini merupakan bagian dari rangkaian Hari Lahir (Harlah) 1 Abad NU. Program ini dilaksanakan di 240 titik se-Indonesia selama lima bulan.
BACA JUGA:
- Dipimpin Doa Siswa, Bupati Kediri Ikut Cicipi Hidangan Uji Coba Makan Siang Gratis
- Uji Coba Makan Siang Gratis di Kediri, Banyak Siswa Minta Tambah Sambal ke Bupati Dhito
- Bupati Dhito Berharap Koi Jadi Ikan Hias Identik Kabupaten Kediri
- Libur Panjang Maulid Nabi, KAI Daop 7 Catat Okupansi Penumpang KA Melonjak 122 Persen
Menurut Gus Yahya, terdapat empat perubahan peradaban dunia pertama, perubahan tata politik dunia terkait peta politik dan identitas agama. Kedua, perubahan demografi atau komposisi penduduk dunia. Ketiga, perubahan standar norma. Keempat, perubahan karena globalisasi.
Dalam kesempatan tersebut Gus Yahya juga menyinggung issu radikalisme dan terorisme. Menurutnya, kontek sosial politik baik secara domestik didalam negeri maupun internasional, selama ini belum kunjung ditemukan jalan keluar yang sungguh-sungguh bisa menyelesaikan masalah secara tuntas.
"Kita belakangan ini cukup disibukkan dengan pembicaraan tentang radikalisme dan terorisme. Banyak orang mungkin berpikir bahwa issu radikalisme dan terorisme adalah masalah baru. Padahal masalah ini sudah terjadi sejak lama,"ujarnya.
Segera setelah merdeka,lanjut Gus Yahya, Bangsa Indonesia sudah harus berhadapan pemberontak DI/TII pimpinan Karto Suwiryo. Tahun 70 an juga sudah ada aksi terorisme yaitu komando jihad yang membajak pesawat Woyla dan mengebom candi Borobudur.
"Jadi masalah radikalisme dan terorisme bukan masalah baru buat bangsa Indonesia,"urainya.
Klik Berita Selanjutnya