Diminta Ajukan Caketum PBNU Alternatif, Kiai Asep Didatangi PCNU-PWNU dari Berbagai Provinsi

Diminta Ajukan Caketum PBNU Alternatif, Kiai Asep Didatangi PCNU-PWNU dari Berbagai Provinsi Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. menyerahkan wakaf tanah dan bangunan Markas Besar Oelama (MBO) Jawa Timur kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Guest House Intitut KH Abdul Chalim Pacet, Mojokerto, Rabu (13/11/2019). MBO ini dikenal sebagai tempat berkumpulnya para ulama NU yang berjuang dalam peperangan 10 November di Surabaya untuk mempertahakan kemerdekaan RI. Para ulama NU yang bermarkas di MBO itu dikomando KH A Wahab Hasbullah. Foto: MMA/ bangsaonline.com

(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Foto: MA/ bangsaonline.com)

Kiai Asep juga tak pernah berhitung soal harta kekayaan pribadinya untuk membiayai acara NU dan Islam. Pada Ramadan lalu, misalnya, Kiai Asep menggelontorkan Rp 8 miliar uang pribadinya untuk sedekah dan zakat, termasuk membantu warga yang menjadi korban Covid-19.

Kiai Asep lalu menunjukkan kontroversi Gus Yahya – panggilan – dalam rekamannya di YouTube. Yaitu tentang sikap Gus Yahya terhadap . Dalam rekaman itu Gus Yahya mengurai tentang gelombang kedatangan para habaib ke Nusantara.

Gus Yahya memuji sikap gelombang pertama. Mereka adalah generasi walisongo yang datang ke Indonesia untuk berdakwah dan memperluas penyebaran Islam. Menurut Gus Yahya juga banyak para habaib yang tawadlu. Saking tawaddlu’nya, mereka tak mau mengajar ngaji karena sangat menghormati ulama Jawa.

Tapi Gus Yahya menyebut gelombang kedua dan seterusnya sebagai pengungsi dan ngenger (numpang). Ia menyebut para habib pengungsi itu dari berbagai klan. Termasuk klan Al-Athos, Shihab, dan seterusnya.

Menurut Kiai Asep, kata-kata itu kurang pantas diucapkan pengurus PBNU. Apalagi sekelas Katib Am Syuriah PBNU.

“Karena Hadratussyaikh sangat menghormati para . Abah saya – karena pengaruh juga dari Hadratussyaikh – sangat menghormati ,” kata Kiai Asep sembari menegaskan bahwa hanya ulama NU yang menghormati para . Karena itu budaya positif itu harus dilestarikan karena bagian utama dari akhlak NU,

Kiai Asep bercerita ada seorang habib di kampungnya, di Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat. Menurut Kiai Asep, habib itu bukan orang terkenal. Baik secara keilmuan maupun ekonomi juga tidak terpandang. “Tapi abah saya sangat menghormati. Kalau bertemu habib itu, abah saya sangat hormat,” kata Kiai Asep.

Kiai Asep juga menyinggung tentang Israel dan Yahudi bagi warga NU. “Kan ini bukan hanya soal Gus Yahya. Tapi sikap NU. Sejak dulu Yahudi ingin menguasai NU. Tapi tak pernah bisa. Gus Dur memang pernah datang ke Israel tapi setelah itu ke Palestina. Jadi Gus Dur ulama cerdas, ilmunya tinggi, cerdik, dan kuat pengaruhnya. tak bisa dipengaruhi Yahudi. Sebaliknya justru berusaha mempengaruhi. punya kemampuan inteketual luar biasa, di samping tokoh besar penuh kharisma dan secara nasab luar biasa,” katanya.

Nah, dari keluhan para dzuriah muassis, kiai, raris syuriah, ketua PCNU dan PWNU itu, Kiai Asep berkesimpulan. “Kalau dibiarkan dua calon yang muncul, maka pasca Mukatamar NU akan terjadi gelombang mufaroqoh besar-besaran. Ini yang harus diantisipasi,” tegas Kiai Asep.

Karena, menurut Kiai Asep, untuk akomodasi berbagai keluhan itu perlu untuk memunculkan calon Rais Am dan Ketua Umum PBNU alternatif. Siapa?

“Saya masih harus mendengarkan suara sebanyak-banyaknya para kiai, dzurriyah muassis, habaib, rais syuriah, dan ketua Tanfidziah, baik cabang maupun wilayah, bahkan tingkat ranting,” kata Kiai Asep. (mma)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO