Dalam kesempatan yang sama, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menyampaikan bahwa Kota Kediri memang memiliki toleransi yang kuat.
Hal itu terbukti Kota Kediri peringkat 8 kota dengan skor toleransi tertinggi di Indonesia tahun 2020 berdasarkan survei Setara Institute, bekerja sama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Salah satu modal dasarnya adalah keberadaan Paguyuban Antar Umat Beragama dan Penghayat Kepercayaan (PAUB-PK).
Paguyuban itu terbentuk tahun 1998. Merupakan cikal bakal Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang digagas Kementrian Dalam Negeri tahun 2004. Resep lain adalah komunikasi dan ruang dialog untuk menjaga toleransi di Kota Kediri.
Ada ruang dialog setiap Jumat Kliwon, di mana seluruh unsur agama, pemerintah, akademisi, dan mahasiswa duduk bersama untuk diskusi dan bertukar informasi.
“Alhamdulillah, selama ini kita sangat kondusif dan kondusifitas ini diciptakan, dirawat, dan dipupuk. Apabila ada permasalahan kita langsung bicarakan dalam forum tersebut. Jadi semua bisa terselesaikan. Kita menjunjung tinggi tenggang rasa,” ujarnya.
Wali Kota Kediri menambahkan, Pemkot Kediri menganggarkan insentif untuk guru TPQ dan sekolah minggu. Selain itu selalu mengadakan kegiatan doa bersama seluruh umat beragama yang ada di Kota Kediri.
Seperti saat 17 Agustus dan Hari Jadi Kota Kediri selalu dilakukan doa bersama antarumat beragama. Mereka mendoakan Kota Kediri dan bangsa Indonesia secara bersama-sama dengan caranya masing-masing.
“Kami melakukan ini supaya sejarah mencatat dan anak-anak kita bisa menirukan. Serta nguri-nguri guyub rukunnya. Harapan kami itu mereka bisa lihat dan paham bahwa keberagaman adalah ciptaan Tuhan. Di situlah turunnya sebuah keberkahan,” tutup wali kota. (uji/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News